Aku bisa meminjamkan bahuku. Untuk kau bersandar. Atau untuk kau menumpahkan air matamu. Aku bahkan bisa memberikannya untuk kau miliki selamanya. Tapi, untuk sementara, bolehkah aku yang meminjam bahumu? -Lee Jonghyun-***
"Sebentar saja." Ucap lelaki itu saat Amber hendak melangkah mundur. "Biarkan begini sebentar saja." Lanjutnya lemah. Di sela-sela ceruk leher gadis itu.
Jonghyun menghirup nafas sebanyak-banyaknya. Mencari sedikit ketenangan lewat bau samar parfum yang dikenakan oleh gadis itu.
"Sekarang ini-" lelaki itu berbisik pelan. Masih bertahan di posisi yang sama. "-aku seorang Presdir dari JJ Grup. Aku yakin kau pasti sudah mendengar itu dari seluruh penjuru kampus."
"Keren, tampan, dan kaya." Ia menghela nafas panjang. "Mereka menyebutku seperti itu sekarang."
Lelaki itu memejamkan matanya. Mencoba meresapi waktu ini. "Lalu... apa sekarang poin ku lebih besar dibanding Minhyuk? Apa aku sudah bisa mengalahkan lelaki itu?"
Amber, gadis itu yang sejak tadi terdiam, perlahan mulai melangkah mundur. Membuat Jonghyun tak lagi bersandar padanya. Juga membuka matanya kembali.
"Kau ini sedang apa? Banyak orang sedang melihat kita." Ucapan bernada ketus yang pertama meluncur darinya. Jonghyun tersenyum miris.
"Semoga Ayahmu cepat sembuh. Dan kau bisa kembali melanjutkan kuliah untuk mewujudkan cita-citamu itu." Amber berbicara dengan cepat. Seakan terburu-buru. Atau...enggan bersama Jonghyun memang.
"Aku pergi dulu." Pamitnya cepat. Meninggalkan Jonghyun sendirian yang tengah memandangi punggungnya dengan senyum miris yang semakin melebar.
"Poin ku tetap di bawah Minhyuk." Gumamnya pelan. Saat punggung itu mulai memudar di balik kerumunan mahasiswa lain. "Kenapa susah sekali mengalahkan Minhyuk di hatimu?"
***
Gwajung - 10.15 KST
Pakai aku. Dan jadilah gadis tercantik.
Terukir sebuah senyum. Lagi. Setelah ia membaca memo itu kembali. Sebuah memo dalam kotak berisi sepatu hak tinggi warna putih berpita.
Senyumnya semakin lebar, saat Soojung mengingat kejadian malam itu. Saat sebuah rahasia kembali terbongkar. Sesaat sebelum gadis itu menemukan kotak tersebut. Malam ketika lelaki tersebut mentraktirkan semangkuk besar ice cream.
-Flashback on-
"Strawberry smoothies with crepes and cerry." Dirinya terpana, melihat Kai dengan lancar menyebutkan salah satu menu favoritnya dulu.
"Oppa, bagaimana kau-"
"Apa kau tahu apa sebutan yang Amber berikan kepadaku?" Kening Soojung mengerut mendengarnya. Ia menunggu perkataan Kai selanjutnya.
"Stalker gila." Jawabnya singkat. Diikuti sebuah tawa renyah. Gadis itu terdiam.
Semua ini terlalu seperti mimpi. Makan malam bersama, di sebuah kedai ice cream yang lelaki itu tutup khusus untuk dirinya. Malam ini, ia memberikan pelayanan penuh, untuk hadiah pembuka ulang tahunnya.
Ah... bukan hanya malam ini. Hari-hari bersamanya selalu seperti mimpi.
"Tunggu di sini sebentar." Lelaki itu beranjak dari duduknya. Meninggalkannya sendirian yang masih saja mematung tentang pengakuan stalker gila tadi. Pengetahuan lelaki itu tentang dirinya terlalu banyak. Tak mungkin didapatkannya dalam semalam dua malam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating a Fangirl
FanfictionKau kira mudah berpacaran dengan seorang Fangirl? Tidak. Sama sekali tidak. Rasanya menyakitkan. Why? Karena yang harus kau lawan adalah seorang bintang besar. Dan yang lebih menyakitkan. Aku sudah jatuh terlalu dalam dengan Fangirl ini. *** Kisah r...