Serpihan 23 – Menjauh
Kau layaknya satu nada yang hilang dalam melodi yang ku buat. –Kim Jongin-
***
Universitas Sogang – 18.33 KST
Yoon Hye mendongak, menatap langit yang seakan menumpahkan stok saljunya malam ini. Ia bergerak memeluk dirinya sendiri. Lalu mengusap lengannya pelan. Untuk menimbulkan efek hangat pada tubuhnya.
Ia tak tahu menahu bahwa salju akan turun begitu lebatnya sekarang. Dan baju juga coat yang ia pakai kurang bisa melindunginya dari dinginnya malam ini.
“Mau menumpang mobilku saja?” Tanpa diduga, Minhyuk muncul di sebelahnya. “Aku bisa menghidupkan penghangat ruangan selama perjalanan nanti.”
Yoon Hye terlihat berpikir sejenak. Namun langsung menggeleng cepat setelahnya. “Sudahlah. Tak perlu.” Ucapnya. “Aku tak mau besoknya disiram yoghurt lagi…” candanya pelan kemudian. Membuat tubuh Minhyuk sempat mematung sejenak.
“Lagipula… namja-ku sebentar lagi akan menjemputku.”
“Namja?” Minhyuk bertanya dengan kaget mendengar penyataan Yoon Hye barusan. “Kau sudah punya pacar?”
Dan sebagai jawaban dari pertanyaannya, muncul lelaki paruh baya dengan sebuah payung di tangannya. Tengah berjalan mendekat. “Yoon Hye-ya…”
Gadis itu menoleh ke sumber suara. Tersenyum senang melihat siapa yang datang. “Appa…”
“Ayahmu itu namja-mu?” Minhyuk tertawa geli.
“Wae??” Yoon Hye berucap ketus. “Appa-ku kan memang namja. Kau kira yeoja?”
Minhyuk tak bisa lagi mengontrol tawanya. Ia terus saja menggeleng geli. Mengira bahwa gadis itu benar-benar sudah memiliki kekasih. Ternyata…
“Aku pergi dulu. Bye.” Yoon Hye tak mempedulikan tawa lelaki itu. Ia pun berlari kecil menyusul sang Ayah. Kemudian menghilang di balik pintu mobilnya.
Tawa Minhyuk perlahan memudar. Sepeninggalnya mobil tersebut. Rautnya berubah datar. Berbeda 180 derajat dari beberapa waktu lalu.
***
Apgujeong – 19.01 KST
Soojung perlahan melepas jaket pemberian Kai yang tadi ia gunakan untuk menghindar dari hujan salju. Tangannya bergerak memeriksa kepalanya, kalau-kalau ada salju yang menimpanya. Sambil melangkah pelan memasuki apartemen Kai.
“Ah… Kenapa harus hujan lebat di saat seperti ini.” Gerutu lelaki itu sembari memandang kesal ke arah jendela. Mereka berdua awalnya berencana makan malam di daerah Apgujeong. Namun tiba-tiba hujan begitu lebat. Dan tak ada pilihan lain selain pulang ke apartemennya.
“Padahal aku sudah reservasi tempat…” gumamnya begitu lemah. Ia dan Soojung terpaksa pulang. Dikarenakan udara terlampau dingin. Dan skuternya tak mungkin bisa melindungi keduanya dari rintikan salju.
Kai beralih menatap gadisnya. “Kau tidak kedinginan kan?” tanyanya lagi. Mengecek tubuh Soojung.
Gadis itu menggeleng lemah. “Aku tidak kedinginan. Tapi kurasa Oppa kedinginan.” Tangannya menyentuh puncak kepala Kai. mengusap rambutnya yang basah akibat salju yang tadi menghujaninya kini mencair diterpa suhu ruangan yang hangat.
“Oppa bisa demam. Kenapa tadi memberikan jaketnya padaku?”
Kai ikut bergerak menyentuh kepalanya. Ia baru merasa kedinginan saat Soojung menyinggungnya. “Ah… Gwaencanha… Aku kuat kok. Yang penting kamu tidak kedinginan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating a Fangirl
FanfictionKau kira mudah berpacaran dengan seorang Fangirl? Tidak. Sama sekali tidak. Rasanya menyakitkan. Why? Karena yang harus kau lawan adalah seorang bintang besar. Dan yang lebih menyakitkan. Aku sudah jatuh terlalu dalam dengan Fangirl ini. *** Kisah r...