Serpihan 30 - Torment
Then, there's you... -Jung Soojung-
***
Hampir seminggu lamanya. Minhyuk selalu terbangun lebih awal. Mengecek ponselnya kalau-kalau ada berita yang tak diinginkannya muncul. Kata-kata gadis sasaeng malam itu, membuat Minhyuk khawatir setengah mati. Dirinya bahkan sampai tak fokus menghadapi ujian semester kali ini.
Setidaknya, selama 5 hari terakhir, dirinya selalu bisa menghela nafas lega. Ketakutannya sejauh itu tak pernah terjadi. Dan ia hampir ingin melupakan ancaman tak berujung dari gadis tersebut.
Namun, kebahagiaan memang tak pernah bertahan lama. Pagi ini, saat salju tak turun lagi. Udara malah kelewat dingin mengkhianati. Matahari pagi bersembunyi tanpa hangatnya ingin dibagi.
Minhyuk yang baru saja ingin bernafas lega, malah terpuruk hingga ke dalam. Berita itu muncul. Tanpa ampun menghebohkan dunia maya. Bahkan mungkin sudah sampai dunia nyata.
Matanya memandang kalut ke layar ponsel yang tengah menampilkan sebuah artikel beserta foto-foto ukuran HD. Minhyuk mengerjap dan menarik nafas berat. Yang kini berada di genggamannya, bahkan lebih buruk daripada bayangannya beberapa hari silam. Tak ada dirinya dalam sana, tapi semua tentang gadis itu dijabarkan secara rinci tiap kalimat yang tertulis.
Pemuda itu dengan susah payah meneguk ludah. Pahit. Sepahit kenyataan yang tengah mencekokinya.
***
Gwajung - 07.55 KST
Tak pernah terbayangkan. Gadis yang bahkan tak terlalu dikenali semasa sekolahnya dulu. Kini, hampir seluruh warga Korea tahu namanya. Wajahnya, bahkan rincian tentang kehidupannya, semua tertera rinci dimana-mana.
Semua orang tengah menggunjingkan dirinya sekarang. Membicarakan dirinya di sana sini. Dari yang baik hingga terburuk. Sampai yang menakutinya.
Soojung menyimpan kembali ponselnya. Memeritahkan otaknya untuk berhenti saja. Karena jika ia membaca lebih banyak lagi, entah apa ia masih kuat untuk sekedar berdiri.
"Gwaencanhaaa... Soojung-ah." Yakinnya pada pantulan dirinya sendiri dalam kaca. "Kau pasti bisa. Tak ada yang perlu kau takutkan."
Dihelanya nafas panjang. Hingga paru-parunya terpenuhi oleh oksigen hingga ke alveolus. Membiarkan itu tertahan sejenak di sana. Sampai rasa gugupnya menghilang. Meski getaran kecil di jemarinya tetap tak menghilang.
"Kau hanya perlu pergi keluar hari ini saja. Karena ini hari terakhir ujianmu." Ucapnya kembali pada pantulan dirinya. "Setelah ini kau bisa mengurung diri dan menulikan telinga..."
Ia memejamkan matanya. Menyangkal kalimat terakhirnya. "Aniya... Kau tidak perlu bersembunyi."
Ditatapnya tajam cairan bening miliknya sendiri. "Karena kau tak salah."
Bagai kaset rusak, ia berulang kali merapal bahwa semua baik-baik saja. Menimang dirinya sendiri bahwa ia kuat. Yang harus ia lakukan sekarang hanya melakukan harinya seperti biasa.
Diraihnya tas kecil dan jacket bertudung di atas kasur. Setelah memantapkan hati -berulang kali- di hadapan refleksi dirinya. Kini Soojung siap menghadapi dunia.
***
Hal tersulit dalam hidup ialah bertahan. Karena sekuat apapun dirimu, kenyataannya kau bukanlah robot. Yang tahan banting atas segala hal. Yang tak perlu merasakan sakit hati karena mereka tak punya hati.
Gunjingan sepanjang jalan, tentang orang-orang yang mengenali wajah Soojung, membuatnya muak. Sekuat tenaga ia bertingkah biasa. Namun, hakikatnya ia hanyalah seonggok manusia. Beban ini terlalu berat. Soojung mulai tidak kuat.
![](https://img.wattpad.com/cover/52442484-288-k339023.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating a Fangirl
FanfictionKau kira mudah berpacaran dengan seorang Fangirl? Tidak. Sama sekali tidak. Rasanya menyakitkan. Why? Karena yang harus kau lawan adalah seorang bintang besar. Dan yang lebih menyakitkan. Aku sudah jatuh terlalu dalam dengan Fangirl ini. *** Kisah r...