Bel istirahat berbunyi.
Semua siswa berhamburan berjalan ke kafetaria sekolah.
Siswa-siswa antri untuk mendapat makanan.
"Heh ! Lo ngapain antri? Lo ga bisa dapet makanan di sini, uang sekolah aja nunggak !" Semprot Bianca dan teman-teman gengnya yaitu Lia dan Gia.
Nikita sadar. Memang seharusnya dia tidak bisa mendapat makanan di sini karena uang sekolah dan fasilitas nya belum bisa lunas terbayar.
"Pstt pstt !" Nikita mendengar kode itu.
Dari bibi Mila.
Nikita langsung mengambil bakinya dan antri di antrian paling belakang.
Nikita menunggu sedikit lama.
"Ini untukmu." Kata Bibi Mila sambil menaruh piring berisi makanan dan segelas susu hangat di baki Nikita.
"Ah bi terima kasih banyak. Seharusnya aku tidak boleh mendapatkan ini."
"Sudahlah sayang. Bibi ingin kau sehat. Kau tahu, kau terlalu kurus."
Nikita sadar dia memang sangat kurus.
"Baiklah bi. Terima kasih." Sahut Nikita.
Nikita berjalan membawa baki berisi makanan ke tempat duduk paling ujung, tempat yang seperti biasa dia tempati.
Sendirian. Memang Nikita selalu sendirian.
Saat hendak menyuapkan makanan ke mulutnya, tiba-tiba bibi Mila memanggil lagi.
Nikita pun meninggalkan makanannya dan menghampiri bibi Mila.
"Ada apa bi?"
"Kau lupa dengan saus tomatmu. Kau sangat suka saus tomat kan?"
"Ah ya.. terima kasih bi."
Nikita menerima 2 sachet saus tomat lalu berjalan menuju mejanya lagi.
Tapi..
"Sialan !" Gerutu Nikita.
Makanan yang ada di piring Nikita sudah bercampur dengan susu dan terlihat menjijikkan.
Terdengar suara cekikikan Bianca. Benar, suara Bianca.
Nikita mengambil piringnya yang berisi campuran makanan dan susu.
Lalu ditumpahkannya ke kepala Bianca.
"Heh ! Apa-apaan sih lo?!"
"Karena lo yang udah campurin, lo yang harus makan dong." Jawab Nikita santai.
"Apa-apaan sih lo ! Ga usah nuduh !"
"Suruh siapa lo bereksperimen pake makanan gue. Gue ga mau nyobain eksperimen lo ya, emangnya lo kira gue juri Master Chef ?!"
"Apaan sih lo ! Liat rambut gue ! Menjijikkan ! Ini mahal tau ! Emang lo bisa bayar hah ?!"
"Bisa dong !"
"Bayar pake apa hah?!"
"Pake daun !"
Nikita tertawa pelan lalu pergi meninggalkan Bianca dkk.
###
"Sialan dasar Bianca jelek !" Gerutu Nikita.
Nikita berjalan menuju taman belakang sekolah, seperti biasa menjalankan misi yang telah ditekuninya dari dulu.
Setibanya di taman, langkah Nikita terhenti.
"Lo lagi?" Reflek Nikita.
Aaron.
Dia sedang duduk sambil memandangi bunga-bunga yang ada di taman.
Bunga. Mengingatkan Aaron pada Charlotte. Sayangnya bunga di sini bukanlah dandelion.
Krekk..
Tiba-tiba terdengar suara seperti itu.
Aaron langsung melihat ke arah suara itu.
"Astaga ! Lo ngapain?"
Dilihatnya Nikita yang sedang memanjat pohon.
"Lo ngapain astaga? Turun woy turun !"
"Ssstt.. berisik banget sih !"
"Lo turunan monyet atau gimana sih, turun !"
"Diem lo ! Entar guru dateng !"
Aaron ternganga melihat tingkah Nikita.
"Pokonya lo jangan kasih tau siapa-siapa. Awas lo !"
Dari pohon, kakinya akhirnya mencapai puncak tembok taman.
"Tunggu dulu ! Jelasin dulu lo ngapain baru gue bakal diem."
Nikita memutar bola matanya.
"Lo ngeselin ya. Gue mau kabur."
"Apa? Kabur?"
"Iya lah."
"Buat apa?"
"Nyari makan ! Di sini gue ga bisa makan."
"Ah gue tau pasti gara-gara lo belom lunasin uang sekolah kan? Ya udah gue yang ambilin makanan di kafetaria, lo turun sekarang."
"Ga usah sok baik. Basi tau ga."
Nikita berdiri di atas puncak tembok dan berjalan menuju pohon selanjutnya yang berada di luar taman.
Waktu itu, Nikita sudah menyiapkan tangga di dalam taman dan di luar taman untuk naik dan turun dan bebas kabur. Tapi sayangnya, tangga tersebut selalu diambil oleh guru.
Idenya pun muncul. Ada 2 pohon besar. Satu di dekat tembok di dalam taman. Dan satunya lagi di dekat tembok tapi di luar taman.
Pas. Untuk naik dan turun. Sangat pas menggantikan tangga. Tidak bisa di ambil-ambil lagi oleh guru. Sempurna.
Berhubung tembok taman belakang lebih pendek dari tembok sekolah lainnya. Mungkin hanya sekitar 4 atau 5 meter. Jadi tembok taman belakang pas banget buat menjalankan misi kaburnya itu.
"Lo diem. Pura-pura ga tau deh ya."
"Lo bakal balik lagi ke sekolah kan?"
"Iya.. besok.. hehe. Bye"
Nikita turun lewat pohon di luar taman sekolah.
Astaga. Baru pertama kali Aaron melihat anak seperti itu. Apalagi dia adalah seorang... perempuan
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM CATCHER
Teen Fiction"Ini, buat lo." Sahut Aaron sambil memberi sebuah dream catcher. "Apa?" Tanya Nikita "Gue cape ngeliat lo nguap terus-terusan gara-gara lo ga tidur semaleman. Ini kerja kelompok, gue ga mau nilai gue jelek gara-gara lo." "Terus?" "Kata orang, dream...