PART 7

1.2K 88 1
                                    

Pintu rumah terbuka. Aaron masuk ke dalam rumahnya.

"Aaron?"

Suara papa.

Aaron tersenyum dan melangkah ke dalam.

"Aaron pulang, pa."

Aku berharap papa akan mengajakku makan malam bersama.

"Besok ujian kan."

"Iya pa."

Aku berharap papa memberiku semangat.

"Papa ga mau tau pokoknya kamu harus juara 1. Jangan malu-maluin papa. Pokoknya poin sekolah kamu harus paling tinggi. Kalau tidak, semua fasilitas kamu papa ambil. Mengerti?"

Aaron mengerutkan dahinya lalu tersenyum. Dibalik senyuman itu ada kekecewaan yang dalam.

"Tenang aja pa. Aaron ga bakal ngecewain papa."

Papa tidak membalas perkataan Aaron lagi dan langsung pergi keluar rumah.

Aaron hanya tertunduk. Rasanya itu bukan dukungan, tapi ancaman. Aaron tersenyum sinis.

Aaron ga bakal ngecewain papa walaupun papa ngecewain Aaron.

"Tuan muda, bibi bikinin makanan kesukaan tuan muda ya."

Bi Sumi melihat ekspresi Aaron. Di dalam hatinya dia kasihan dengan Aaron.

Aaron tersenyum.

"Ga perlu bi. Aku mau belajar aja." Aaron pun pergi ke kamarnya.

---

"Niki.. udah belajar belum?"

Terdengar suara mama berteriak.

"Ini lagi ma.." jawab Nikita.

Di hadapannya sudah tersedia buku pelajaran dan buku catatan. Tapi tak satu pun ada halaman yang terbuka.

Nikita masih mengumpulkan niat untuk belajar atau sekadar untuk membuka bukunya.

Dilihatnya jam dinding. Pukul 11 malam. Dimana semua siswa sudah rajin belajar dari jauh-jauh hari, Nikita sampai sekarang masih belum menyentuh bukunya.

Oke. Sekarang belajar.

Nikita mulai menyentuh bukunya dan..

"Males banget ga niat belajar gue." Nikita langsung menempelkan kepalanya ke meja.

"Lagian kalo gue belajar nanti predikat gue sebagai siswa dengan ranking 200 dari 200 siswa hilang. Padahal gue udah bangga banget."

Tiba-tiba pintu terbuka. Mama.

"Niki? Ga belajar?"

"Udah ma, ini Niki lagi istirahat dulu sebentar cape banget."

"Anak mama rajin banget sih. Nih mama bawain pisang goreng mungkin kamu laper kan."

"Hehehe iya ma. Makasi ya."

"Iya. Lanjut belajarnya ya sayang."

Nikita tersenyum.

Mama pun keluar dan menutup pintu kamar Nikita.

Nikita melirik ke arah pisang goreng dan buku pelajaran secara bergantian.

Dia tersenyum. Disingkirkan buku pelajaran dari hadapannya dan mulai memakan pisang gorengnya sampai habis sambil bersantai-santai.

"Huaaa kenyangnyaaa..."

Dilihatnya jam dinding. Pukul 01.00. Astaga.

"Hhmm.. sudah sedikit malam ya."

Nikita mengambil buku pelajarannya lagi.

Oke. Sekarang belajar.

*BELAJAR ALA NIKITA*

Nikita mengambil secarik kertas kecil. Dia mulai membuka buku catatannya dan... kosong.

Oh iya kan gue ga pernah nyatet apapun. Sial.

Dia membuka buku cetak.

Haduh banyak banget gila tulisan semua.

Nikita mulai membaca dan menulis hal penting di secarik kertas itu.

Matanya terasa berat sangat berat. Rasanya membaca buku pelajaran adalah beban.

Lama kelamaan.. waktu terus belajar.. dan.. gelap, semua gelap.

---

Jam menunjukkan pukul 03.00.

Aaron terus menerus belajar. Rasa kantuk yang menyerangnya dia tahan. Matanya yang sudah sangat berat tidak dihiraukannya lagi. Pokoknya harus belajar.

Dia menaruh buku pelajarannya dan mengedipkan matanya yang terasa sakit.

Astaga.. aku tidak pernah belajar seserius ini.

Diingatnya dulu, setiap ada ujian atau ulangan, dia selalu belajar bersama gengnya. Grup the accidently selalu membantunya sampai akhirnya dia masuk ke peringkat 10 besar.

Juara satu tentunya Mike. Ah Mike, bagaimana kabarnya sekarang?

Juara dua adalah Vero. Apa dia sudah menjadi orang yang lebih baik? Dia adalah gadis yang kuat sangat kuat.

Juara tiga adalah Blenda. Ah gadis itu, sangat jago dalam hal kimia.

Juara empat adalah Yasmine. Gadis yang memiliki kulit coklat eksotis. Hobbynya memang travelling.

Juara lima adalah Charlotte. Gadis itu yang membuatku penasaran, membuatku jatuh hati padanya, dan mengerti apa itu persahabatan. Aku merindukkannya.

Juara enam adalah Amora. Gadis mungil dengan suara cempreng yang selalu bersemangat.

Juara tujuh adalah aku. Tak pernah terbayangkan bahwa aku bisa menjadi juara tujuh di seluruh angkatan.

Juara delapan adalah Stefany. Gadis yang kalem tidak pernah macam-macam. Pernah mendapat suatu masalah besar tapi dia tetap kuat.

Juara sembilan adalah Leon. Dia adalah teman basketku.

Juara sepuluh adalah Dion. Dia juga teman basketku.

Ah rasanya aku kangen mereka semua.

Aaron melihat jam dinding di kamarnya.

Pukul 03.30. Waktu berjalan sangat cepat.

"Papa ga mau tau pokoknya kamu harus juara 1. Jangan malu-maluin papa. Pokoknya poin sekolah kamu harus paling tinggi. Kalau tidak, semua fasilitas kamu papa ambil. Mengerti?"

Teringat olehnya kalimat itu. Dia pun tersenyum.

Aku akan membuat papa bangga.

Dia pun melanjutkan belajarnya.

DREAM CATCHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang