Aaron membuka pintu rumahnya. Malam sudah datang. Kesunyian rumah kembali menyelimuti. Mencekam, sangat mencekam.
"Aaron pulang.." sahut Aaron.
Dia tersenyum sinis. Untuk apa dia berkata seperti itu? Bahkan setiap dia berkata seperti itu, tidak ada yang membalasnya. Sia-sia saja.
"Sudah pulang, nak?"
DEG.
Aaron terdiam. Itu suara papa. Tidak mungkin papa ada di rumah.
Aaron melangkah memasuki rumahnya. Melihat ke sekeliling hingga ekor matanya menangkap suatu bayangan.
Papanya sedang membuka laptop di ruang tamu.
Tanpa ingin basa-basi, Aaron langsung melangkahkan kakinya naik ke kamarnya.
"Ron, papa mau bicara."
Langkah Aaron terhenti. Entah mengapa, tapi sudah tidak ada perasaan senang lagi seperti dulu. Kalau dulu, setiap papa mengajaknya bicara, pasti dia akan senang sekali. Tapi kali ini tidak.
"Duduklah."
Aaron duduk dalam diam. Papa menutup laptopnya yang menatap Aaron.
"Papa.. papa.. papa mau minta maaf. Papa tau ini terlambat. Maaf waktu itu papa udah kasar sama kamu."
Aaron hanya diam. Terlambat, sangat terlambat.
"Papa harap kamu mau maafin papa."
Seketika itu juga ponsel papa berbunyi. Tapi papa malah me-reject panggilan itu. Aaron mengerutkan keningnya. Tidak biasanya papa seperti itu.
"Hari ini papa mau tidur di sini. Sama kamu."
Aaron mengerjap kaget. Ada apa dengan papanya saat ini?
"Boleh?"
Aaron menyadari dirinya belum mengeluarkan sepatah katapun.
"Mm.. Aaron kan sudah besar pa." Kalimat itu dengan susah payah dikeluarkannya karena tenggorokkannya kering.
Papa tertawa pelan. Sudah lama Aaron tidak melihat papa tertawa.
"Kamu tetaplah anak-anak bagi papa. Sudah sana kamu tidur. Besok sekolah kan. Nanti terlambat bangun."
Aaron tidak mengerti ada apa dengan papanya. Dia mengangguk dan naik ke kamarnya.
---
To : Nikita
Udah baikan?
Sent!
From : Nikita
Tentu. Ada apa?
To : Nikita
Gue cuma mau ngecek keadaan lo aja.
Sent !
From : Nikita
Gue ga apa-apa. Masalah tadi udah beres.
To : Nikita
Syukurlah. Kalo ada masalah jangan dipendem sendiri. Inget, ada gue.
Sent !
From : Nikita
Iya. Sekarang gue udah bahagia kok.
To : Nikita
Oh ya? Bagus deh.
Sent !
From : Nikita
Ga percaya? Buktinya sekarang gue lagi senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM CATCHER
Teen Fiction"Ini, buat lo." Sahut Aaron sambil memberi sebuah dream catcher. "Apa?" Tanya Nikita "Gue cape ngeliat lo nguap terus-terusan gara-gara lo ga tidur semaleman. Ini kerja kelompok, gue ga mau nilai gue jelek gara-gara lo." "Terus?" "Kata orang, dream...