"Hujan sudah reda, Nik." Sahut Aaron.
Nikita membuka matanya dan melihat ke luar, ya hujan sudah reda.
Dia melepaskan earphone dari telinganya dan memberikannya pada Aaron.
"Terima kasih. Sekarang mending lo pulang." Kata Nikita sambil turun dari rumah pohon diikuti oleh Aaron.
Nikita melepas jaket dari tubuhnya dan mengembalikannya pada Aaron.
"Pake aja dulu, besok lo boleh balikin ke gue."
Nikita tersenyum.
"Makasih, tapi gue trauma temenan sama orang baik."
Nikita pun pulang ke rumahnya.
Aaron hanya diam. Mencerna perkataan Nikita tadi.
---
Aaron turun dari mobil. Tentunya dia menelepon supirnya agar menjemputnya tadi.
Aaron pun masuk ke dalam.
Suasana sepi kembali menyelimuti.
Dia berjalan masuk, dilihatnya di ruang tengah ada papa sedang duduk di sofa.
"Pa.."
"Hm?" Jawab papa jutek.
"Aaron mau ngomong sesuatu."
Papa hanya diam.
Aaron pun duduk di hadapan papanya.
"Pa, bukannya Aaron mau mengatur papa atau gimana, tapi Aaron mau supaya papa ngebolehin anak yang belum lunas bayar uang sekolah bisa makan di kafetaria."
"Apa?!"
"Kasian mereka pa."
"Ga bisa ! Di dunia ini ga ada yang gratis ! Nanti mereka keenakan. Suruh siapa sekolah di sekolah bagus tapi akhirnya ga bisa bayar uang sekolah !"
"Pa.. tolong.. sekali ini aja.. Aaron udah jadi juara 1 di sekolah, boleh kan papa ngijinin mereka supaya bisa makan di kafetaria? Sebagai hadiah buat Aaron pa.."
"Hadiah? Semua fasilitas, mobil, semuanya, apa itu kurang?"
"Ngga pa tapi ..."
"Udah pokoknya sekali ga bisa ya ga bisa !"
Papa pun pergi ke luar rumah. Terdengar suara mesin mobil yang menyala dan pergi.
Aaron hanya diam.
Kenapa papa begitu kejam?
Dia teringat akan Nikita.
Maaf Nik.. maaf..
Dia benar-benar merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM CATCHER
Fiksi Remaja"Ini, buat lo." Sahut Aaron sambil memberi sebuah dream catcher. "Apa?" Tanya Nikita "Gue cape ngeliat lo nguap terus-terusan gara-gara lo ga tidur semaleman. Ini kerja kelompok, gue ga mau nilai gue jelek gara-gara lo." "Terus?" "Kata orang, dream...