Nikita membaca kartu undangan itu. Tertera dress code di sana adalah black.
Nikita membuka lemarinya. Melihat ke dalam dan mencari-cari sebuah dress di sana.
"Gue kan ga punya dress !" Sahutnya sambil menepuk kening.
Masa gue pake celana panjang?
Tok.. tok.. tok..
"Niki.." panggil mama.
"Iya ma masuk aja."
Mama pun membuka pintu kamar Nikita lalu masuk. Ditangannya terdapat sebuah dress cantik berwarna hitam.
"Nik kamu pake ini ya."
"Mama tau darimana.."
"Mama tadi liat undangan itu pas kamu lagi beli gula tadi." Jawab mama tersenyum.
"Cantik banget ma.. Nikita suka."
"Iya ini dress mama. Udah lama sih tapi mama percaya kamu pasti cantik pake ini. Dress ini hadiah dari nenek kamu waktu mama masih remaja kaya kamu ini."
Mama memberi Nikita sebuah dress hitam berenda dengan motif bunga-bunga kecil. Tanpa lengan dengan panjang selutut.
"Makasi banget ma."
"Iya. Udah gih kamu siap-siap."
Nikita menganggukkan kepala sambil tersenyum senang.
---
"Edan dimana ya." Nikita merogoh tasnya dan mengeluarkan semua isinya. Kalung itu.. hilang.
"Nik kamu udah selesai? 10 menit lagi acara mulai kan?"
Nikita langsung melirik ke arah jam dinding.
Sial.
"Iya ma sebentar." Nikita terus menerus mencari kalung itu. Dia ingat, sangat ingat terakhir kali dia menyimpannya.
Terakhir di dalem tas kok.
"Niki.. 5 menit lagi. Nanti kamu terlambat sayang !"
"Iya ma !"
Nikita terus mencari. Takut kalung itu hilang.
"Ck." Nikita mendecak lalu memutuskan untuk mencari kalung itu sepulang dari acara nanti.
Pergi tanpa kalung itu.. astaga ! Ceroboh banget gue !
"Nik.."
"Iya ma udah beres kok."
Nikita memakai flatshoes hitamnya. Memakai heels selalu menjadi beban untuk Nikita. Resikonya hanya dua. Jatuh masuk ke got atau hak nya patah karena Nikita memang tidak bisa berjalan memakai heels.
Untuk terakhir kali dia berdiri di depan cermin. Rambut lurusnya diurai rapi, dress mamanya yang sangat cantik, sepasang flatshoes, diulas sedikit make up yang terlihat natural, dan sebuah kado di tangannya.
Nikita membuka pintu kamarnya.
"Nikitaa.. kamu cantik banget sayang."
Nikita tersenyum.
"Nikita pergi dulu ma."
"Hati-hati sayang."
Nikita mengangguk lalu pergi.
---
Akhirnya Nikita sampai di depan sebuah gedung besar berwarna putih. Letaknya tidak jauh dari rumah Nikita, jadi Nikita bisa berjalan kaki ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM CATCHER
Teen Fiction"Ini, buat lo." Sahut Aaron sambil memberi sebuah dream catcher. "Apa?" Tanya Nikita "Gue cape ngeliat lo nguap terus-terusan gara-gara lo ga tidur semaleman. Ini kerja kelompok, gue ga mau nilai gue jelek gara-gara lo." "Terus?" "Kata orang, dream...