PART 9

1K 82 1
                                    

"Daftar nilai sama rank udah ditempel !" Teriak salah satu siswa.

Semua siswa di kelas langsung berlarian keluar kelas. Berlari menuju mading sekolah.

Nikita berjalan dengan santai menuju mading sekolah.

Mading sekolah dikerumuni oleh banyak siswa. Jika dilihat dari atas, terlihat seperti semut yang mengerumuni benda segi empat.

"Permisi.. permisi.." Nikita masuk ke dalam kerumunan itu.

Dia menutup matanya.

Biar gue tebak. Gue rank 200.

Dia membuka matanya dan melihat di urutan paling bawah.

NIKITA DEANA ALEXIS

"Yes tebakan gue bener !" Teriak Nikita sambil loncat kegirangan membuat orang di sekitarnya aneh.

"Ranking 200 kok bangga." Sindir Bianca.

"Sirik aja lo. Bilang aja lo ga bisa kan kaya gue."

"Gila lo. Mana ada yang sirik sama lo. Adanya juga orang-orang pada sirik sama gue. Liat aja rank gue. Pasti gue ranking ...."

Bianca terdiam saat melihat namanya.

"Aakkkhhhh !!!!!!!!! OMG !!!!" Bianca berteriak histeris.

Nikita dan orang di sekitarnya langsung menutup telinganya.

"Oi ! Berisik tau ga lo !"

"GA MUNGKIN ! GA MUNGKIN !" Bianca melanjutkan teriakannya.

Nikita penasaran apa yang terjadi. Dia pun melihat lagi ke papan mading.

BIANCA HARRIS MADISON

Mata Nikita membulat sempurna.

Bianca.

Ranking 2.

Dia langsung melihat nama di atas nama Bianca. Dan juara satunya adalah..

AARON ARTHA

Ebuset tu anak baru pinter juga.

"Huahahahaaaa.." Bianca menangis keras.

"Udah bi udah.."

"Sabar ya bi.."

"Bi.. jangan terlalu dipikirin bi.."

Semua orang menghiburnya.

Astaga.. gue aja yang ranking 200 baik-baik aja kok. Semua anak di sekolah ini memang aneh.

Nikita langsung meninggalkan mading dan berjalan cepat menuju taman belakang. Dia yakin Aaron pasti berada di sana.

Dan.. benar. Dia ada di sana terlentang di bangku panjang sambil memejamkan matanya. Dia terlihat... tampan.

Nikita berjalan mendekatinya.

Astaga... dia.. tampan juga.. eh ga ga ga. Apaan sih gue ini. Kayanya gue udah ikutan gila.

"Oi !"

Aaron perlahan membuka matanya. Bagaikan pangeran membuka matanya, tampan, sangat tampan.

"Lo lagi."

Aaron menutup kembali matanya.

"Heh ! Lo udah liat mading?"

"Belum."

"Astaga jadi lo ga tau kalau lo itu ranking pertama?!"

Ranking pertama? Puji Tuhan.. batin Aaron.

Aaron tidak menjawab perkataan Nikita.

"Heh jawab !"

"Kalau gue belum liat mading berarti gue juga belum tau kan kalau gue ranking pertama."

Hhmm.. iya juga sih. Aduh bodo banget gue pake nanya gitu lagi.

"Kok jawaban lo kaya nantang gue sih?!"

Nikita melangkah mendekati Aaron.

"Heh ! Kalau ngomong sama orang itu buka mata !"

"Lo masih ga denger?!"

Nikita terus melangkah mendekati Aaron.

"Gue ulangi, kalau ngomong sama orang itu... akhh !"

Nikita menginjak sebuah kaleng bekas minuman, akibatnya dia terpeleset dan jatuh ke depan.

Jatuh tepat di atas Aaron dan tangannya tepat berada di dada Aaron sambil menahan badannya.

Dan saat itu juga Aarob membuka matanya karena kesal mendengar celotehan Nikita. Aaron terkaget melihat Nikita berada tepat di atasnya.

Wajah mereka sangat dekat.

Mata mereka sama-sama membulat sempurna.

Perasaan aneh menyelimuti mereka.

Untuk beberapa saat rasanya waktu berhenti. Semua terasa berbeda.

Nikita langsung tersadar dan mencoba untuk berdiri menyeimbangkan badannya.

Tempurung lututnya terasa sakit. Memar. Terkena bangku.

Suasana canggung menyelimuti mereka.

"Lo berat juga." Kata Aaron tiba-tiba.

"Heh ! Ga usah modus deh lo ! Itu cuma kecelakaan !"

"Yang nindih gue siapa?"

Nikita tidak menjawab pertanyaan Aaron dan langsung melangkah pergi dengan kesal.

Karena lututnya memar, jalannya juga sedikit terantuk-antuk.

"Lo ga apa-apa?"

Aaron menyadari sesuatu tidak beres dengan kaki Nikita.

Nikita tidak menjawab dan tetap berjalan pergi.

DREAM CATCHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang