Happp !
Akhirnya kaki Nikita sampai ke tanah.
"Akhirnya gue bebas..." sahut Nikita sambil merenggangkan tangannya lalu pergi.
Nikita berjalan ke sebuah tempat. Tempat dimana temannya suka berjualan baso di sana.
"Cup !" Panggil Nikita.
"Eh Nik ! Tumben kemari."
"Iya nih laper gue. Pesen kaya biasa ya."
"Iye iye tapi jangan lupa bantuin cuci piring."
"Iye dah gampang. Yang penting kenyang dulu."
"Sip lah."
Ucup memang teman dekat Nikita sejak kecil. Ucup sudah berjualan baso sejak lama.
Seperti biasa Nikita selalu membeli semangkuk baso pada Ucup. Sebenarnya bukan membeli, tapi meminta. Dan sebagai gantinya, Nikita membantu Ucup mencuci piring.
"Nih udah siap.."
Ucup membawa mangkuk berisi mie baso dan memberikannya pada Nikita.
"Makasi cup."
Nikita langsung memakan mie basonya dengan lahap.
"Ebuset lo kaya udah ga makan 2 bulan."
"Iya nih gue laper banget." Jawab Nikita dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Ngomong-ngomong, tumben lo udah pulang jam segini." Sahut Ucup.
"Siapa yang bilang gue udah pulang sekolah."
"Ya terus?"
"Ya gue kabur lah."
"Buset dah, ngapain lo pake kabur segala?"
"Buat cari makan."
"Lah emang ga ada makanan di sana?"
"Ada kafetaria."
"Wah enak dong. Lo tinggal bawa baki lo terus geser-geser gitu entar ada orang yang naruh makanan di baki lo. Kaya di film-film gitu kan."
"Iye tapi gue ga bisa makan di sana."
"Kenapa?"
"Ya gue belum lunasin uang sekolah sama fasilitas."
"Seriusan lo? Jadi lo ga pernah makan di sekolah?"
"Ya untungnya ada Bi Mila yang selalu ngasih gue makan. Cuman tadi ada kejadian ngeselin lah gara-gara si cewe sialan itu."
"Oohh.. iya-iya gue ngerti. Gue iri sama lo."
"Lah kenapa harus iri?"
"Lo bisa masuk di sekolah bagus kaya gitu."
"Yaelah lo gatau aja betapa tersiksanya gue. Itu sekolah udah kaya penjara tau ga."
"Tapi.."
"Kalau mama ga maksa-maksa gue buat sekolah di sana juga gue ga bakal mau."
"Tapi mama lo pengen lo sekolah di sekolah terbaik."
Nikita tertawa mengejek dan melanjutkan makannya.
---
Nikita masuk ke kamarnya dan berjalan menuju meja belajarnya.
Dilihatnya sebuah kalung dengan liontin hati. Hadiah ulang tahun terakhir dari papa.
Nikita mengalungkan kalung cantik itu di lehernya.
Sakit memang kalau mengingat papa.
Nikita melirik jam dinding.
Pukul 11.30 dan dia masih belum tidur.
Setelah kejadian yang menimpanya 10 tahun lalu, tepatnya saat dia berusia 6 tahun, Nikita jadi sulit untuk tidur.
Dia takut. Sangat takut. Mimpi buruk itu terulang.
Dia takut. Sangat takut. Kejadian itu masuk kembali dan menghancurkan mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM CATCHER
Teen Fiction"Ini, buat lo." Sahut Aaron sambil memberi sebuah dream catcher. "Apa?" Tanya Nikita "Gue cape ngeliat lo nguap terus-terusan gara-gara lo ga tidur semaleman. Ini kerja kelompok, gue ga mau nilai gue jelek gara-gara lo." "Terus?" "Kata orang, dream...