"Baik anak-anak ini adalah daftar nama anak-anak yang orang tuanya akan ibu panggil." Sahut Bu Reina.
Seisi kelas menjadi tegang. Takut. Sangat takut.
"Alissa, Brandon, Diland, Emily, Melinda, Nikita."
"Fyuhhh.." semua menghela nafas lega kecuali 6 orang yang namanya disebut tadi.
Sial. Gimana nih.
"Besok orang tua kalian harus menemui ibu ya. Terima kasih semuanya."
"Siap ! Beri salam !"
"Selamat siang bu, terima kasih bu."
Bu Reina pun pergi meninggalkan kelas.
"Yeyy ! Gila gue lega banget !" Semua anak di kelas terlihat senang.
Nikita mengambil tasnya dan hendak pergi meninggalkan kelas. Tapi tangannya ditahan.
Bianca.
"Ga usah cemberut gitu dong mukanya.. kasian orang tua lo dipanggil.. gue turut prihatin ya." Bianca menunjukkan ekspresi prihatinnya yang palsu.
"Berisik lo !"
Dengan satu hentakan Nikita membebaskan tangannya dari genggaman Bianca lalu pergi keluar kelas.
---
Suasana jalan yang sangat ramai. Nikita sengaja pergi ke jalanan yang ramai. Tentunya untuk misi tertentu.
Dia menunggu dan menunggu.
"Oi Nikita !"
"Oi Ta ! Gue udah nunggu lo dari tadi."
"Yaelah ngapain? Tumben lo ke sini. Maaf deh tadi gue ngamen dulu kaya biasa."
"Gue mau minta tolong."
"Minta tolong? Sama gue?"
"Iya lah. Makannya gue dateng ke sini juga."
"Minta tolong apa?"
"Lo pura-pura jadi mama gue."
"Lah? Lo dipanggil lagi?"
"Iya nih sial."
"Emangnya muka gue muka ibu-ibu ya?"
"Ya kaga sih. Cuman kan lo itu umur 23. Ya cocoklah. Temen-temen gue yang lain ga ada yang lebih tua dari lo."
"Seriusan?"
"Iye. Mau ya?"
"Hhmm.. boleh deh asal lo traktir gue makan."
"Boleh deh ntar lo makan baso nya si ucup aja."
"Sip dah. Eh ngomong-ngomong kapan gue pura-pura jadi mama lo?"
"Besok."
"Seriusan lo? Gue belum siapin baju. Ga mungkin gue ke sekolah lo pake baju jelek kaya gini."
"Buset dah gampang. Ntar gue bawain baju mama gue."
"Siap deh."
"Jangan lupa besok lo make up yang menor."
"Iye gampang gue tinggal minjem ke tetangga gue."
"Sip. Makasi banget ya Ta."
"Iye iye santei."
---
Pagi ini sengaja Nikita berangkat ke sekolah lebih pagi. Dia sudah janjian dengan Renata.
"Oi Niki !"
"Ssttt.. pelanin suara lo."
"Iye maaf."
"Nih baju mama gue. Lo ganti deh sekarang."
"Dimana? Masa di balik pohon?"
Nikita mencari akal.
"Hhmm.. yaudah kita lari masuk ke dalem sekolah deh ya."
"Oke."
Mereka pun berlari menyelinap masuk ke dalam lalu ke kamar mandi.
"Udah nih ganti buruan."
"Iye kalem."
Beberapa menit kemudian Renata membuka pintu kamar mandi. Dia sudah berganti pakaian.
Nikita tersenyum puas.
"Udah mirip ibu-ibu belom gue? Apa kurang menor dandanan gue?"
"Udah mantep kok. Sekarang ayo ke ruang guru."
---
"Jadi anda adalah ibu dari Nikita?" Tanya bu Reina.
"Iye betul. Eh maksud saya iya betul."
Nikita menahan tawanya.
"Sebenarnya ada apa ya bu memanggil saya?"
Ebuset aktingnya bagus amat si Renata. Ga biasanya dia ngomong formal kaya gitu.
"Begini bu, Nikita meraih peringkat paling bawah di sekolah. Saya ingin bertanya, apa ada masalah dalam pelajaran atau dalam belajar Nikita?"
"Hhmm.. sepertinya tidak bu. Nikita selalu rajin belajar, rajin membantu saya, rajin ibadah, rajin menabung, rajin menolong orang, rajin berbakti pada orang tua."
Nikit menahan tawanya. Renata menyenggol sikut Nikita.
"Wah.. baik sekali ya. Mungkin nilai Nikita harus ditingkatkan lagi bu."
"Iya bu, saya akan pantau terus. Tenang saja bu."
"Baiklah kalau begitu terima kasih atas kehadirannya bu. Bila ada masalah atau kendala dalam pelajaran Nikita bisa menghubungi saya."
"Baiklah terima kasih bu."
Nikita dan Renata pun pergi meninggalkan ruang guru.
"HAHAHAHHA... sumpah lo ngakak banget !"
"Iye demi lo nih."
"Iya iya makasih ya cantik.."
"Masama nik."
Mereka pun tertawa bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM CATCHER
Fiksi Remaja"Ini, buat lo." Sahut Aaron sambil memberi sebuah dream catcher. "Apa?" Tanya Nikita "Gue cape ngeliat lo nguap terus-terusan gara-gara lo ga tidur semaleman. Ini kerja kelompok, gue ga mau nilai gue jelek gara-gara lo." "Terus?" "Kata orang, dream...