"Pa, Aaron mau ngomong sesuatu." Sahut Aaron sambil duduk di ruang tamu bersama papa.
"Ya, ada apa ron?" Jawab papa melepas kacamata bacanya.
"Papa masih inget waktu itu Aaron minta papa buat ngehapus sistem poin terus ngehapus aturan kalau anak yang belun lunas bayar uang sekolah ga boleh makan di kafetaria sekolah?"
"Mm.. ah ya waktu itu kamu pernah bilang. Kamu mau papa ngelakuin itu? Alesannya apa?"
Aaron diam sejenak.
"Karena... itu ga adil aja pa."
"Oke papa akan pikirkan. Oh ya, siang ini papa ajak calon mama baru kamu sama Nikita buat makan siang bersama di sini. Jadi kamu siap-siap ya. Papa udah minta Bi Sumi masak."
Ada sesuatu yang menghantam dada Aaron. Aaron hanya menunduk dan diam.
---
Ting.. tong.. ting.. tong...
Suara bel berbunyi. Aaron menghela napas sebelum membuka pintu. Sebenarnya Aaron tidak ingin membuka pintu itu, tapi apa daya, Bi Sumi sedang merapikan meja makan.
"Selamat datang, tante, Nik." Sahutnya sopan.
Mama Nikita tersenyum sedangkan Nikita hanya menundukkan kepala.
"Kalian sudah datang.. ayo mari masuk." Sahut papa yang tiba-tiba berada di belakang Aaron.
Mama Nikita dan Nikita masuk ke dalam. Nikita berjalan melewati Aaron tanpa melirik Aaron sedikit pun.
Akhirnya makan siang bersama pun dimulai.
Aaron dan Nikita hanya menjadi pendengar di antara mama dan papa. Tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Oh ya, apa kita sudah memberi tahu anak-anak ya." Sahut papa.
"Sepertinya belum." Sahut mama Nikita dengan ekspresi wajah gembira.
"Pernikahan kami akan diadakan 2 bulan lagi."
DEG.
Sebuah palu besar menghantam hati Nikita dan Aaron secara bersamaan. Seakan harapan itu sudah musnah. Mimpi buruk dan kegelapan seakan menyelimuti mereka. Sakit dan kecewa terus tertanam di hati mereka.
"Undangan pun sudah selesai dan akan dibagikan. Oh ya, kalian boleh mengundang teman kalian siapapun itu." Sahut papa panjang lebar.
Aaron dan Nikita hanya diam. Fokus dengan pikiran dan menenangkan hati yang sangat teramat sakit.
---
Aaron menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Menarik napas dalam lalu menghembuskannya. Berusaha menenangkan dirinya.
2 bulan lagi, semua harapan akan hilang. 2 bulan lagi, semuanya akan menjadi mimpi buruk.
Tiba-tiba suara ponsel Aaron berbunyi. Sebuah sms dari Arnold, teman sekolahnya.
From : Arnold
Ron lo lagi sibuk? Mau ikut gue sama Clarence minum di Paradise Club? Jam 8. Kabarin gue kalau lo bisa. Oke?
Aaron berpikir sejenak. Mungkin ini saatnya dia tidak memikirkan semuanya. Ini saatnya dia tidak perlu khawatir tentang semuanya.
Matanya melirik ke arah jam dinding, sekarang sudah pukul 19.45. Dia segera mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu di sana.
To : Arnold
Oke gue ke sana sekarang.
Sent !
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM CATCHER
Teen Fiction"Ini, buat lo." Sahut Aaron sambil memberi sebuah dream catcher. "Apa?" Tanya Nikita "Gue cape ngeliat lo nguap terus-terusan gara-gara lo ga tidur semaleman. Ini kerja kelompok, gue ga mau nilai gue jelek gara-gara lo." "Terus?" "Kata orang, dream...