Waktu berjalan sangat cepat. Tak terasa beberapa bulan lagi akan ada ujian akhir semester 2. Semua siswa mulai rajin belajar lagi untuk mendapat ranking yang terbaik.
"Selamat pagi anak-anak."
"Selamat pagi bu." Sahut anak-anak serentak.
"Beberapa bulan lagi ujian akhir semester 2 akan tiba. Karena nilai hasil ujian kemarin tidak terlalu memuaskan, maka ibu membuat program baru."
Para siswa berbisik-bisik. Karena biasanya program yang dibuat oleh Bu Julia terkadang suka aneh-aneh.
"Program kali ini disebut Tutoring. Program ini adalah program dimana kalian harus saling membimbing, membantu, dan belajar bersama. Dilakukan oleh dua orang agar lebih kondusif."
Anak-anak mulai ribut lagi.
"Gue sama Aaron." Sahut Bianca.
"Ga bisa dong. Gue yang sama Aaron."
"Ga ga ga bisa. Gue harus sama Aaron. Ah bilang aja lo mau modus."
"Demi nilai gue, pokoknya gue sama Aaron."
"Demi nilai atau modus."
Semua siswa perempuan sangat berisik.
Aaron yang mendengar semua bisikan itu hanya diam dan bersikap cuek.
Sedangkan Nikita yang duduk di pojokan hanya diam sambil menaruh kepalanya di meja lalu menutup matanya.
"Aduhh.. semuanya mau sama Aaron. Kenapa ga ada yang mau sama Nikita ya?" Ejek Bianca dengan suara keras.
Seluruh kelas pun tertawa kecuali Aaron. Nikita yang merasa dirinya disindir hanya diam dan cuek.
Cih.. gue juga mendingan belajar sendiri daripada sama mereka.
"Sudah sudah diam. Ibu yang akan pilihkan siapa dengan siapa."
"Yah bu..."
"Tidak ada yang mengeluh atau poin kalian saya kurangi."
Para siswa pun langsung diam.
Astaga.. kalo udah masalah poin aja pada diem lo semua.
Bu Julia melihat daftar nilai.
"Floren dengan Kevin."
"Billy dengan Tara."
"Gio dengan Verra"
Bu Julia terus menyebutkan nama-nama. Para siswa perempuan yang sudah di sebut namanya mengeluh dan kecewa karena tidak berpasangan dengan Aaron.
"Aaron dengan.."
"Gue. Please gue. Please gue." Bisik Bianca.
"Nikita."
"Apa?!" Reflek seluruh kelas.
Apa? Gue? Aaron? Astagaaa ini mimpi buruk, mimpi apa gue semalem.
"Bu, kenapa.."
"Karena Nikita memiliki nilai yang sangat buruk, ibu pikir Aaron bisa membantu Nikita."
"Tapi bu, membantu Nikita itu hal yang mustahil. Kasian Aaron bu."
Aaron tetap cuek dan diam.
"Sudah. Sudah. Keputusan ibu sudah bulat. Dan kamu Bianca dengan Brandon."
"Yah bu.."
Tengg.. tengg.. tengg.. bel istirahat berbunyi.
"Baik. Sekarang waktunya istirahat."
"Siap ! Beri salam !"
"Selamat siang bu. Terima kasih bu." Sahut seluruh kelas lesu.
Nikita masih saja diam.
Apa enaknya sih sama Aaron? Gue sih lebih mending sendiri.
"Heh lo !"
Bianca menggebrak meja Nikita.
Nikita tetap diam.
"Heh lo budeg !"
Bianca terus menggebrak meja Nikita dan Nikita terus diam.
"Heh lo nyaut dong !"
"Apa?" Sahut Nikita santai.
"Seneng lo bisa bareng sama Aaron hah? Seneng kan lo?!"
"Apa sih biasa aja. Udah ga usah ganggu gue."
"Inget ya. Aaron tuh ga pernah pantes sama orang kaya lo. Dasar anak terbuang !"
Nikita yang sedari tadi menahan amarahnya, akhirnya tidak bisa menahan emosinya lagi.
"Apaan sih lo ! Siapa juga yang mau sama si Aaron-Aaron itu !" Bentak Nikita sambil bangkit berdiri.
"Awas aja ya lo kalo ganjen sama Aaron ! Aaron itu punya gue !"
"Cih, Aaron juga mana mau sama orang kaya lo !"
"Gue bakal ngejar Aaron sampe dapet ! Dan gue ga mau lo jadi penghalang ! Lagian nyingkirin lo doang sih gampang kan lo itu ga penting !"
Nikita tertawa.
"Bianca.. bianca.. harga diri lo itu dimana? Lo keliatan menyedihkan banget sih. Inget lo itu cewe."
"Maksud lo?"
"Pikir sendiri."
Nikita tertawa sambil berjalan keluar. Tiba-tiba Bianca menahan tangannya dan hendak menamparnya. Tapi tangan Aaron langsung menahannya.
"Aaron?" Bianca kebingungan dan malu sambil melepas tangan Nikita.
Aaron langsung menarik Nikita keluar kelas.
---
"Lepasin ! Lepasin ! Lepasin !" Nikita terus berusaha membebaskan tangannya dari genggaman Aaron. Tapi apa daya genggaman Aaron lebih kuat dari kekuatannya.
Akhirnya Aaron menghentikan langkahnya dan melepaskan tangan Nikita.
"Apaan sih lo ! Sakit tau !"
Aaron hanya diam memandang Nikita dengan tatapannya yang tajam dan membuat setiap perempuan luluh.
"Oh ya, gue harap lo ga mikir atau kegeeran gitu deh ya. Gue ga seneng bahkan gue ga bersyukur sama sekali bisa sekelompok sama lo."
Aaron tetap diam menatap Nikita.
"Terserah lo deh."
Nikita membalikkan badannya. Hendak pergi, Aaron menahan tangannya lagi.
"Apaan sih lo? Gue ngomong panjang lebar, lo diem. Gue pergi, lo nahan tangan gue. Mau lo ap.."
"Lusa pulang sekolah di taman belakang. Bawa buku lo. Jangan telat. Gue ga mau nilai gue jelek cuma gara-gara harus ngajarin lo. Gue harap kita bisa kerja sama."
Aaron melepaskan tangan Nikita dan pergi.
Nikita hanya bengong melihatnya. Dilihatnya punggung Aaron yang semakin jauh.
"Astaga ! Kenapa gue bisa sekelompok sama cowo gila itu !" Teriak Nikita.
Aaron terus berjalan. Mendengar teriakan Nikita, entah mengapa senyumnya mengembang setelah mendengar itu. Dia pun tertawa kecil.
###
Hai readers ! Maaf baru update sekarang hehe. Kemarin-kemarin aku liburan dan ga ada sinyal ya jelek banget sinyal nya. Kalian masih baca cerita ku kan?
Jangan lupa vote dan comment supaya aku makin semangat nulisnya hehe. Terima kasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM CATCHER
Teen Fiction"Ini, buat lo." Sahut Aaron sambil memberi sebuah dream catcher. "Apa?" Tanya Nikita "Gue cape ngeliat lo nguap terus-terusan gara-gara lo ga tidur semaleman. Ini kerja kelompok, gue ga mau nilai gue jelek gara-gara lo." "Terus?" "Kata orang, dream...