PART 26

966 55 0
                                        

Mama Nikita sampai di depan gerbang sekolah anaknya. Alasan dia datang kesini adalah karena dia khawatir akan anaknya. Nikita, melewatkan makan siang, malam, dan sarapan hari ini. Pandangannya selalu kosong dan sering melamun.

Dia menyipitkan matanya. Seseorang yang sedang duduk di sana adalah orang yang dikenalnya.

"Bianca?"

Bianca yang sedang memakai lip gloss sontak terkaget.

"Maaf anda.."

"Mamanya Nikita."

"Ah tante.. lama tidak bertemu." Sahut Bianca sok manis.

Mama Nikita tersenyum.

"Kamu lihat Nikita?"

"Kebetulan Nikita sekelas denganku tante."

"Begitu? Dia tidak pernah cerita. Dari kemarin dia terlihat kacau, apa dia baik-baik saja di kelas?"

"Mm.. yaa lebih pendiam, tidak seperti dulu sih tante."

"Memangnya dulu Nikita bagaimana? Dia anak yang ceria kan?"

"Ya mungkin. Tapi entahlah tante dia seperti tidak memiliki teman."

"Tidak memiliki teman? Mengapa?"

"Ya karena orang-orang tidak ingin terpengaruh kebiasaan buruknya. Suka kabur dari sekolah, terlambat sekolah, melawan guru, malas, dan lain-lain. Tak heran para guru sering menghukumnya."

"Benarkah? Tapi para guru tidak pernah bicara pada tante?"

"Serius tante? Bukannya guru sering memanggil orang tua Nikita?"

"Memanggil? Bahkan ini kali pertama tante datang ke sekolah ini."

"Oh ya? Lalu.. yang datang menghadap guru siapa?"

"Entah.. kalau begitu tante pulang dulu ya. Terima kasih Bianca."

"Sama-sama tante."

---

Nikita berjalan tanpa arah. Berjalan kemanapun kakinya ingin berjalan. Sore ini adalah sore yang buruk baginya.

Di sebrang sana, dia melihat segerombolan anak jalanan yang sedang merokok. Banyak orang berkata bahwa rokok dapat menghilangkan stress.

Pikirannya sangat kosong saat itu. Kakinya membawanya berjalan menuju sebuah warung.

"Bu, rokoknya sebungkus." Mulutnya berkata begitu saja tanpa berpikir panjang.

"Ini neng. 20 ribu ya."

"Hm." Nikita mengiyakan dan membayar.

Tangannya gemetar. Jujur, walaupun dia adalah seorang yang bisa dibilang buruk kebiasaannya, tapi dia tidak pernah mencoba rokok seperti ini.

Perlahan dia membuka bungkus rokok itu. Tangannya gemetar hebat tapi itu tidak menghentikan langkahnya. Dia mengambil sebatang rokok dan perlahan menempelkan rokok itu ke mulutnya.

PLUK !!

Bungkus rokok itu jatuh ke tanah dan sebatang rokok di tangannya dirampas kasar.

"Lo apa-apaan sih?!"

Aaron.

Nada suaranya tinggi.

"Lo udah lewatin tutoring sama gue selama seminggu ! Lo tau, bentar lagi ujian akhir, dan lo malah kaya gini !"

Aaron berbohong. Jujur, sebenarnya dia khawatir. Sangat khawatir pada Nikita. Tidak peduli dengan ujian akhir atau apapun itu, dia hanya khawatir pada Nikita.

DREAM CATCHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang