PART 11

1.1K 72 0
                                    

Nikita mengendap-endap berjalan menuju taman belakang sekolah saat istirahat.

Tentunya untuk kabur dan mabal lagi.

"Mau kabur lagi?"

Suara Aaron mengagetkan Nikita yang hendak memanjat pohon.

"Sssttt..." nikita memutar bola matanya.

"Kenapa sih setiap gue mau ngelakuin sesuatu kaya gini pasti ada lo. Jangan-jangan lo ngikutin gue. Iya kan?"

Aaron tertawa kecil.

"Ngapain juga gue ngikutin lo? Ga ada urusannya sama sekali. Lo mau kabur kek, mau apa kek, gue ga peduli."

"Siapa juga yang minta lo peduli."

Nikita mulai memanjat lagi.

Astaga baru pertama kali gue liat cewe kaya gitu, batin Aaron.

---

Nikita berjalan menuju tempat dimana biasanya Renata berada. Dari kejauhan dia mendengar keributan.

"Ini wilayah gue ! Lo pergi !"

"Heh ! Dari kemaren juga gue yang di sini !"

Semua kata-kata kasar terdengar.

Nikita menyipitkan matanya.

Itu Renata? Terus 2 cowo itu siapa? Jangan-jangan...

Tiba-tiba perkelahian terjadi. Antara Renata dan 2 orang preman.

Nikita langsung berlari dan membantu Renata.

"Woi ! Beraninya sama cewe ! Cupu lo!" Teriak Nikita.

Salah satu dari preman itu menghampiri Nikita.

Nikita menyingsingkan lengan bajunya ke atas dan siap untuk berkelahi.

Beberapa kali Nikita dapat mengelak dari pukulan si preman.

"Lo anak kecil bisa apa sih hah?"

Nikita geram dan langsung meninju perut si preman.

"Wah udah mulai berani ya. Sini lo !"

Si preman meninju wajah Nikita. Sayangnya kali ini Nikita tidak sempat mengelak.

Perkelahian hebat pun terjadi. Pukulan, hentakan, kata-kata kasar, semuanya terjadi.

Tiba-tiba si preman menendang kaki Nikita tepat di bagian yang memar akibat terkena bangku taman beberapa waktu lalu.

Akibatnya Nikita mengaduh kesakitan sambil tersungkur di tanah.

Saat si preman hendak menendang tubuh Nikita, tiba-tiba seseorang menarik tangan Nikita dan membawa Nikita lari.

"Woi jangan lari lo !"

Si preman pun mengejarnya.

Dengan kaki dan badan yang sakit-sakit, Nikita terus berlari mengikuti seseorang yang menarik tangannya.

Akhirnya mereka sampai di gang dengan jalan buntu.

"Hahaha mau lari kemana lo hah? Suruh siapa cari masalah sama gue !"

Si preman berjalan mendekat. Semakin lama semakin dekat.

Preman itu hendak memukulnya lagi. Nikita pun reflek menutup matanya dan..
Tidak terjadi apa-apa.

Dia pun membuka matanya. Dilihatnya orang yang menarik tangannya tadi sedang menghabisi si preman.

Dari belakang orang itu terlihat sangat familiar.

Nikita mencoba mengingat-ingat.

Astaga.. gue pernah sembunyi di belakang dia waktu itu.. Dari belakang sama persis, sama persis kaya punggung yang waktu itu gue pake buat sembunyi dari Bu trisha.

"Lo ga apa-apa? Premannya udah pergi."

Aaron.

Keadaan Nikita sangat kacau. Lebam di dekat tulang pipi dan matanya, dan kakinya yang sakit bertambah parah.

"Astaga tunggu sebentar."

Aaron mengambil sebuah sapu tangan dari saku celananya dan segera mengelap hidung Nikita yang keluar darah.

Nikita hanya diam melihat semua yang dilakukan Aaron.

"Gue bisa sendiri." Nikita menahan sapu tangan di hidungnya yang berdarah dan menjauhkan tangan Aaron.

"Niki !" Panggil Renata dengan nafas terengah-engah.

Dia memandang Aaron dan Nikita secara bergantian.

"Lo ga apa apa?" Tanya Renata.

Nikita pun tersenyum sambil hendak berdiri tapi apa daya kakinya kurang kuat untuk menopang tubuhnya. Akibatnya Nikita terjatuh lagi tapi.. Aaron menopangnya.

"Gue ga apa-apa. Lo?"

"Gue juga ga apa-apa. Tadi premannya udah di urus sama anak-anak."

"Bagus deh." Nikita tersenyum.

"Nik, lo ikut gue yuk, anak-anak udah nunggu tuh."

Yang dimaksud anak-anak oleh Renata adalah teman-teman seperjuangannya dalan mengamen.

"Hhmm.. kayanya gue harus balik. Bilang aja ke mereka kalau gue baik-baik aja."

"Oohh.. yaudah deh. Tapi lo bener baik-baik aja kan? Gue beliin makanan sama minum deh ya."

"Eh ga perlu. Duit hasil ngamen lo itu mending tabung buat keperluan lo."

"Tapi.."

"Udah.. gue ga apa-apa beneran."

"Hhmm.. yaudah deh. Gue ke anak-anak dulu ya. Kalo ada apa-apa sms gue aja."

"Siap bos." Nikita tersenyum.

Renata pun meninggalkan Nikita dan Aaron.

Nikita hendak berdiri dan berusaha menyeimbangkan diri tentunya dengan bantuan Aaron.

"Lo ngapain sih sampe bisa kaya gini ?" Tanya Aaron.

"Emang kenapa? Lo pasti baru pertama kali ngeliat kaya gituan kan?"

"Hhmm." Aaron mengiyakan.

"Lagian gue udah biasa kok kaya gini. Tapi tadi tu preman nendang kaki gue yang memar jadi aja gitu."

"Biasanya kalau cewe udah luka kaya gini pasti nangis."

Nikita tertawa.

"Ngapain juga pake nangis? Bocah banget. Gini doang kok nangis. Selama hidup gue, kayanya gue jarang banget nangis."

"Hhmm.. memang lo kan cewe aneh."

"Terserah lo."

Akhirnya Nikita mulai bisa berjalan walau tetap dipopong oleh Aaron.

"Rumah lo dimana? Gue anter."

"Gue ga bakal balik ke rumah."

"Terus?"

"Biasanya gue pulang ke rumah pohon deket rumah gue."

"Ngapain?"

"Gue bisa dibunuh sama mama gue kalo mama gue tau gue abis gelut kaya gini."

"Yaudah gue anter ke rumah pohon lo atau apapun itu."

Mereka pun berjalan menuju rumah pohon di dekat rumah Nikita.

DREAM CATCHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang