Setelah lewat beberapa bulan, Aaron sudah mulai bisa beradaptasi dengan sekolah barunya.
"Bu Hanny dateng !"
Semua anak langsung kembali ke tempat duduknya.
Tuk tuk tuk
Suara langkah bu Hanny mulai terdengar. Bu Hanny memang terkenal sebagai guru killer. Bahkan suara langkah bu Hanny saja sudah bisa membuktikan bahwa bu Hanny itu sangat galak.
"Siap !" Suara ketua kelas terdengar saat Bu Hanny memasuki kelas.
"Beri salam !"
"Selamat pagi bu."
"Pagi." Jawab Bu Hanny tegas.
Dilihatnya ke sekeliling kelas. Tentunya mencari Nikita yang selalu menjadi sasarannya. Dan.. Nikita belum ada di tempatnya.
"Baik anak-anak. Karena lusa adalah minggu ujian tengah semester, maka sekarang ibu akan memberi catatan-catatan tambahan."
Bu Hanny mulai menulis di whiteboard.
---
Di luar kelas, Nikita sedang menyusup masuk ke dalam sekolah. Seperti biasa, Bu Trisha sedang mondar mandir patroli. Untungnya, Bu Trisha melangkah menjauhi lobby, berjalan menuju toilet.
"Yes ! Hari keberuntungan gue."
Nikita langsung berlari menuju kelas.
Sesampainya di depan kelas, dia mengintip dari balik pintu.
Bu Hanny.
Mati gue.
Kelas hening. Sangat hening. Hanya terdengar bunyi gesekan whiteboard dengan spidol marker dan suara detikan jam dinding.
Oke gue harus jalan semulus mungkin tanpa Bu Hanny tau.
Nikita mulai berjalan. Pelan perlahan tapi pasti.
"Ehem.."
Mati gue
"Nikita !"
Nikita membalikkan badannya. Di lihatnya Bu Hanny melotot ke arahnya. Dia pun menunduk.
"Terlambat lagi?"
"Engga bu, saya cuma kesiangan masuk kelas." Jawab Nikita.
Hening.
"Ya udah duduk sana."
Apa?! Ga salah denger gue?
"Lho ibu ga hukum saya?"
"Lusa akan ada ujian. Saya ga mau waktu saya terbuang cuman buat marah-marah dan hukum kamu. Sana duduk."
Bener-bener hari keberuntungan gue.
Nikita dengan senangnya langsung duduk ke tempatnya. Tempat duduk paling belakang pojokan.
Suasana kelas sangat serius. Semua anak mencatat catatan dari bu Hanny kecuali.. Nikita.
Suasana kelas yang begitu serius dan hening ini membuat Nikita bosan.
---
Bel sekolah berbunyi.
Biasanya semua siswa berlari keluar kelas dengan gembira, tapi sekarang berbeda.
Mereka tetap tinggal di dalam kelas dan... belajar.
Nikita memutar matanya.
Mereka gila. Segitunyakah menghadapi ujian? Sangat membosankan.
Nikita berjalan menyusuri perpustakaan. Dibukanya pintu perpustakaan dan..
Penuh. Sangat penuh orang. Belajar dan belajar.
Astaga.. berlebihan sekali.
Nikita berjalan menuju taman belakang.
"Niki !"
Tiba-tiba seseorang memanggilnya. Dia pun membalikkan badannya.
"Oi Sa !"
Orang yang memanggilnya adalah Teresa. Teman sekelasnya. Mereka tidak begitu dekat tapi bisa dibilang Teresa adalah satu-satunya orang yang mau menjadi teman Nikita di sekolah.
"Ga belajar? Lusa ujian."
"Ga deh. Ujian ga penting."
"Yehh.. belajar dong gimana sih lo."
"Iya iya di rumah gue belajar."
"Bener ya? Awas lo kalo bohong."
"Iye siap bos."
"Gue ke perpus. Bye.."
"Yo bye."
Astaga.. bahkan Teresa juga sama kaya mereka. Aneh.
Nikita melanjutkan langkahnya menuju taman belakang.
Sesampainya di sana..
"Lo?"
Aaron.
"Lo tau, lo udah ngambil tempat nongkrong gue." Sahut Nikita ketus.
"Ini tempat umum."
"Tapi semuanya udah pada tau kalo gue yang nguasain taman belakang sekolah."
"Ini tempat umum. Gue mau belajar, lo cari tempat lain deh, berisik tau ga."
"Ini tempat gue ! Emang lo siapa bisa ngatur-ngatur gue? Pemilik sekolah aja bukan, gayanya udah selangit."
Aaron hanya diam mendengar perkataan Nikita tadi.
Ngeselin memang ni anak.
"Lo masih ga ngerti?"
Aaron bangkit dan pergi dari tempat duduknya.
"Dari tadi dong." Cetus Nikita.
Nikita melihat bangku panjang di hadapannya. Dia pun terlentang di sana. Melihat langit biru dengan awan putih, indah, sangat indah. Sayangnya hidupnya tidak seindah langit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM CATCHER
Novela Juvenil"Ini, buat lo." Sahut Aaron sambil memberi sebuah dream catcher. "Apa?" Tanya Nikita "Gue cape ngeliat lo nguap terus-terusan gara-gara lo ga tidur semaleman. Ini kerja kelompok, gue ga mau nilai gue jelek gara-gara lo." "Terus?" "Kata orang, dream...