Author POV
"Oh God!! Kamu benar-benar menyusahkan!! Haiishh!!"
"I love You,, do you love me?? U must to loving me right?? Haaaaa!!!"
"Sssttt,, kecilkan suaramu!!"
*ting
Suara pintu lift terbuka.
Alex membuka pintu perlahan, tangan kirinya meraih stop kontak.
"Wuhuuu,,"
"Haashh!! Diam,, kecilkan suaramu!!"
Alex segera membawa pria itu ke kamar tamu, Alex hampir membuka pintu kamar tamu dan sebuah suara menyapanya dari kegelapan.
"Ini siapa Lex??"
"Oh Gosh!! Kamu ngagetin aja Tiff,, tolong bukain pintu ini dong, nanti aku ceritakan padamu."
Tiffany mengangguk dan membantu Alex membuka pintu, pria mabuk di pundak Alex benar-benar terlihat sangat kacau, ada beberapa bekas pukulan di wajahnya, bahkan Tiffany tidak bisa melihat wajahnya sama sekali.
Alex segera menidurkan pria itu dan Tiffany hanya melihat dari daun pintu.
®®®
"Dia sepupuku,, kebiasaan buruknya tidak pernah berubah, setiap malam yang dia lakukan hanya bersenang-senang dan pada akhirnya aku yang harus menanggung semuanya."
Tiffany memperhatikan Alex dengan penuh antusias, dia bahkan merapatkan kedua bibirnya sambil menggerakkan tubuhnya maju mundur.
"Kamu kenapa??"
"Hmm apanya?? Aku mendengarkan ceritamu, apa lagi??"
"Aah lupakan,, tidur lah,, besok pagi kamu harus bekerja kan??"
"Eemm"
Tiffany mengangguk dan beranjak dari tempatnya, ia masih sempat melambai ringan pada Alex dan hanya dibalas senyum seperti biasa.
®®®
Terkadang,,
Kedatangannya tak pernah diinginkan, entah waktu atau keadaan yang disalahkan.Tapi kita lemah, seperti kapas yang selalu mengalah pada angin.
Perasaan ini bukan lagi seperti melaju kedepan, tapi seperti bumerang, semakin kita lempar dengan keras, maka bumerang itu akan kembali lebih keras
Tepuk tangan penonton bergemuruh seiring korden merah besar menutup seluruh panggung musikal, penggalan akhir dari puisi yang dibacakan Sarah di atas panggung masih menjadi perhatian Alex, entah kenapa ia merasa sedang dalam keadaan pada beberapa bait terakhir dari puisi Sarah.
®®®
"Selamat yah,, pertunjukan yang luar biasa..."
Alex memberikan sebuah kecupan kecil di bibir Sarah, semua anggota teater hanya bersorak, Sarah menarik tangan Alex mengajaknya keluar dari ruang ganti.
"Kamu nonton sampai akhir??"
"Yaah aku selalu datang dalam setiap pertunjukanmu,,,"
"Yaah aku tahu,, tapi kamu tidak pernah bertahan sampai segmen akhir kan??"
"Yaah,,, tapi malam ini penampilanmu membuatku mampu bertahan di kursi penonton..."
"Aah makasih yah sayang,,,"
Sarah memeluk Alex erat, wajahnya berbinar, Alex membalas pelukan Sarah sambil mengusap lembut rambut kekasihnya itu.
"Pertunjukan yang sangat bagus,, selamat yaah,,,"
Sarah melepaskan pelukannya dari Alex, suara yang sangat ia kenal, dan ia benci dengan pemilik suara ini.
"Kamu ajak dia kemari?? Aku sudah bilang kan aku nggak suka!! Dan yah,, aku jadi tahu alasan kamu bisa melihat musikalku sampai akhir bukan karena penampilanku! Tapi karena dia kan??!!"
Sarah hendak beranjak namun tangan Alex menghentikan langkahnya.
"Yah kamu benar,, aku bertahan sampai akhir karena dia, karena dia yang menahanku,, bahkan dia yang menyuruhku mendatangimu dan melakukan semua itu! Dan sebucket bunga itu adalah idenya,, dia yang ingin hubungan kita tetap berjalan dengan baik,, kamu sendiri tahu kan aku bukan type pria romantis seperti itu?? Semua sifatmu ini membuatku lelah,, lelah menghadapimu,, dan berhentilah berperasangka buruk padanya!! Ini untuk yang terakhir kali,,, mengerti??"
Memang nada yang dikeluarkan Alex sangat datar, tidak ada peningkatan suara sama sekali, namun semua kata-kata itu terdengar sangat menyakitkan di telinga Sarah. Tidak ada balasan apapun dari Sarah, ia hanya berlalu melewati Alex.
®®®
"Apa aku mengacaukan semuanya??"
"Tidak,, hmm misal kamu ada di posisi Sarah, apa kamu akan marah pada Tiffany??"
"Enggak... yah bagaimana mungkin aku marah sama diriku sendiri??"
Alex menghela naf panjang, gadis disampingnya tidak bisa serius bagaimanapun keadaannya.
"Hmm kalau aku jadi Sarah, selama aku tidak pernah melihatmu berbuat yang tidak-tidak dengan Tiffany, aku rasa tidak ada alasan untuk marah,, iya kan??"
"Oke,, sekarang posisikan dirimu sebagai wanita yang posesif.."
"Aku tidak bisa,, karena aku tidak tahu apa yang dirasakan."
"Kamu pernah merasa cemburu kan??"
"Enggak..."
"What?? Nggak mungkin,, kamu pasti pernah meski cuma sekali..."
"Hmm aku belum pernah merasakan benar-benar jatuh cinta pada seseorang, semua hubungan yang aku jalani selama ini aku anggap sebagai permainan,, semuanya..."
"Baiklah,,, aku rasa kita sudahi saja pembicaraan ini,,"
"Kamu sayang sama Sarah??"
"Kenapa harus pertanyaan ini lagi??"
"Yaah karena aku tidak punya pertanyaan lain,, hahha..."
"Oh my Gosh,, aku antar kamu pulang,, aku masih ada urusan,,"
"Aku mau ikut,,,"
"Tiff,,,"
"Iya iyaaa aku pulang,, hihi.. hmm sepupu kamu masih di rumah??"
"Dia uda pulang kok,,"
®®®
"Kamu menyukainya??"
"Siapa??"
"Gadis itu,, yang tinggal di apartemenmu?? Gila ya kamu Lex, kamu selangkah lebih maju dari aku!"
"Kamu ngomong apa sih Li??"
"Tenang aja,, aku nggak bakal bilang ke Sarah kok,, hahaha,, aku heran, bisa-bisanya kamu masih bertahan sama dia,,"
"Bukan urusan kamu,, mending sekarang selesaikan urusanmu, aku mau pulang, aku capek."
"Capek atau kamu nemuin gadis itu?"
"Bukan urusan kamu."
"Iya iya, hihi gitu aja marah, sensi banget. Kamu yakin nggak mau nyobain ini?? Dikit aja,, enak kok,,"
"No thanks,,"
"Ayolah Lex,,, satu shot aja yah,,"
"Baiklah,, satu shot!!"
®®®
"Alex??"
Tiffany terkejut melihat Alex di balik pintu dalam keadaan seperti ini, tanpa aba-aba Alex memeluknya erat dan menutup pintu dengan kakinya, Alex menatap mata Tiffany dalam lagi dan lagi sambil tersenyum penuh gairah.
"I want U tonight!!!"
®®®
Makasih yang masih sudi membaca cerita ini dan memencet tombol ❤
Warning!!
Chapter selanjutnya mengandung unsur dewasa haha 17+
VOMENT VOMENT VOMENT
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiffany
Fiksi UmumIni adalah prequel kedua dari 'Mistake Wedding' hehe Dia hanya gadis, bukan sederhana, tapi begitu banyak masalah, trouble maker. "Cinta bagiku hanya sebuah perasaan bodoh yang sengaja dibuat tuhan untuk mempermainkan manusia" "One boyfriend its not...