Sudah lewat tengah malam, Alex masih di tempatnya memperhatikan setiap pergerakan yang dibuat Tiffany dalam tidurnya, masih seperti tadi tidak ada yang berubah, wajah Tiffany masih terlihat ketakutan meski ia sedang tidur, keningnya berkerut, genggaman tangannya pada kelingking Alex menguat dan melemah seperti tempo nada yang tidak bisa ditebak, ada kalanya bergetar beberapa saat.
Alex berkata lirih.
"Ada apa denganmu? Apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang kamu takutkan? Selama ini aku hanya tahu bahwa kamu seorang gadis pemberani yang egois dan bertindak seenaknya, ini kah sisi lemah mu? Ini kah sisi lain yang tidak pernah kamu tunjukkan padaku? Atau kamu mencoba menutupinya?"Bibir Tiffany bergetar, kepalanya bergerak pelan, alisnya berkerut.
"Aku ingin pulang."
Matanya terbuka perlahan menatap Alex, nadanya seperti memohon dan memelas, matanya berair lagi dan Alex hanya terdiam melihat Tiffany dihadapannya. Dengan nada yang tenang seperti biasa dan senyumnya yang khas Alex mengusap lembut kepala Tiffany.
"Besok pagi kita akan pulang ke rumahmu, aku janji, sekarang masih gelap lebih baik kamu istirahat saja."
"Pulang ke rumah ayah."
Alex mengangguk pelan sambil tersenyum.
"Iya kita akan pulang ke rumah ayah."Tiffany menatap Alex, terlihat senyum samar dari bibir Tiffany dan kemudian perlahan mata gadis itu tertutup dengan sempurna, masih dengan posisi tadi, menggenggam kelingking Alex, tidak se erat tadi dan kerutan di keningnya sudah tidak tampak lagi.
®®®
"Morning."
Alex mengerjapkan matanya beberapa kali, pagi ini sekali lagi Alex melihat smiley eyes Tiffany berbinar dihadapannya. Alex mendekatkan wajahnya kearah Tiffany, gadis itu sempat menyipitkan matanya, Alex tersenyum tipis dan mengecup kening Tiffany.
"Welcome back."
"Aku lapar."
Alex rindu dengan rengekan ini, sudah beberapa hari dia tidak mendengar rengekan semacam ini.
"Baiklah, akan aku ambilkan sarapan untukmu."
Alex hampir beranjak dari kursinya.
"Tidak perlu, ini oma sudah bawakan sarapan buat Tiffany."
Tiffany tersenyum pada oma.
"Selamat pagi oma."Oma hanya mengangguk dan membalas senyuman Tiffany.
"Kamu mandi dulu sana, biar oma yang urus dia hehe.
Alex mengangguk dan beranjak dari tempat duduknya, is masih sempat melempar wink pada Tiffany.
"Bagaimana keadaanmu pagi ini?"
Tiffany menatap oma dengan tatapan penuh pertanyaan, ia mengerutkan keningnya.
"Aku? Aku baik-baik saja, kenapa oma bertanya seperti itu?"
Kini giliran oma yang mengerutkan keningnya, oma merasa tidak ada yang perlu ditanyakan lagi, oma hanya tersenyum dan mengusap kepala Tiffany lembut.
®®®
Oma dan Alex duduk santai di halaman belakang, di sebuah taman kecil sambil menikmati secangkir teh.
"Boleh oma tanya sesuatu?"
"Tentang Tiffany?"
Oma mengangguk pelan sambil menyeruput teh nya.
"Kemarin itu dia sangat shock, tidak heran kalau dia hanya mengingat kejadian di masa lalu hanya beberapa saat, kemudian dengan mudah dia melupakannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiffany
General FictionIni adalah prequel kedua dari 'Mistake Wedding' hehe Dia hanya gadis, bukan sederhana, tapi begitu banyak masalah, trouble maker. "Cinta bagiku hanya sebuah perasaan bodoh yang sengaja dibuat tuhan untuk mempermainkan manusia" "One boyfriend its not...