6. Sakit

4.9K 608 122
                                    

Jika ku Sedih, hiburlah aku dengan canda mu.
Jika ku Diam, ajaklah aku tertawa bersama mu.
Jika ku Marah, bujuklah aku dengan rayuan maut mu.
Jika ku Susah maupun Senang, dampingi aku selalu dengan kehadiran mu.

'FRIENDSHIP' -Ziahhs
·
·
·
·

Matahari pagi telah menyinari kamar Qia, saat Misyel menyibakkan kain gorden jendela kamarnya dengan terang.

"Bangun sayang, udah pagi. Kamu harus berangkat sekolah!" seru Misyel saat sudah berpakaian rapi yang hendak pergi ke-RS tempat Ia bekerja.

Qia bangun dan seketika langsung duduk di atas kasurnya itu, guna mengumpulkan seluruh nyawanya yang masih melayang-layang entah dimana.

"Mama tunggu di bawah!" sahut Misyel.

Qia hanya mengangguk dan bergegas untuk segera mandi.

Tak lama, Qia pun sudah turun ke lantai bawah dengan sedikit lesu, menjumpai seluruh keluarganya yang tengah berkumpul untuk sarapan pagi bersama.

"Pagi Ma, Pa, Diq," sapa Qia dengan suaranya yang terdengar tidak bersemangat itu.

"Pagi sayang," jawab Misyel dan Yusuf serentak.

"Pagi juga dek," balas Siddiq kemudian.

"Kamu kenapa, nak? Kok lesu gitu kelihatannya?" tanya Yusuf heran, yang sudah duduk rapi di meja makan dengan mengenakan stelan jas kantor.

"Kamu sakit, sayang?" Lanjut Misyel sedikit panik.

"Gapapa kok Ma, Pa. Qia baik-baik aja," balas Qia dengan suaranya yang terdengar parau.

"Gapapa apanya? Orang lesu kayak gitu Ma, Pa," sambung Siddiq.

"Coba sini deh Mama periksa." Misyel berjalan ke arah tempat dimana Qia duduk sekarang. Ia meletakkan telapak tangannya ke dahi Qia.

Misyel terkejut, "ya ampun, Qia! Kok bisa sepanas ini sih? Kamu ngapain aja kemarin!" sahut Misyel.

Qia hanya menggeleng.

"Kamu itu kecapean sama kurang tidur juga nih," sambung Misyel.

Qia mengangguk paham.

"Yakin gapapa nak? Sanggup sekolah?" Yusuf terlihat cemas.

Qia mengangguk lagi.

"Biar Qia, Siddiq yang jagain, Ma, Pa," ucap Siddiq membenarkan.

"Yaudah kalau gitu, nanti kalau ada apa-apa, cepat hubungin Mama sama Papa ya, sayang," ucap Misyel memberitahu.

"Beres Ma," jawab Siddiq dan melanjutkan makannya yang tertunda.

"Nih makan rotinya, udah Mama siapin, sama susunya juga dihabisin ya," ujar Misyel  memberikan roti dan susu yang Ia buat untuk Qia.

Selang beberapa menit mereka melanjutkan sarapan, Qia bersuara. "Udah deh ini Ma, udah kenyang. Qia berangkat dulu ya Ma, Pa," kata Qia saat ia baru setengah menghabiskan roti bakarnya. "Yuk, Diq!"

"Udah? Belum habis tu sayang. Habisin dong!" sahut Misyel.

"Udah kenyang, Mama," ucap Qia yang sudah bersiap-siap ingin berangkat ke sekolahnya.

Siddiq mengambil tasnya di samping kursi makannya. "Ma, Pa kami berangkat dulu ya." Pamit Siddiq sambil menyalami punggung tangan kedua orangtuanya. Qia pun juga ikut menyalami.

"Yaudah, hati-hati ya, nak! Jagain adek kamu tuh!" titah  Yusuf.

"Iya, Pa."

"Qia gapapa kok, Pa. Gak segitunya juga kali," sahut Qia lemas.

Fix You! √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang