22. Kode

2.6K 293 38
                                    

Kamu tau, hal yang paling menyedihkan dalam hidup? Simple! Melihat 'kamu' dan 'dia' menjadi 'satu'.

***

"Mau pesen apa?" tawar Raafi saat mereka sudah berada di sebuah cafe klasik tongkrongan para remaja.

"Lemon tea aja," ucap Qia.

"Dua lemon tea ya," ujarnya pada waiter yang sedang menunggu. Sang waiter pun pergi meninggalkan meja mereka dan segera membawa pesanan tersebut.

Sambil menunggu pesanan datang, Raafi beranjak dari tempatnya menuju panggung yang berada ujung sana. Biasanya itu adalah tempat untuk mereka yang ingin menyumbangkan suara emasnya guna menghibur pengunjung.

Qia tak memerdulikan Raafi yang berlalu pergi. Ia tengah asik menatap kolam yang berada dibalik kaca pembatas antara cafe dan belakang cafe tersebut.

"Cek sound," ucap Raafi sambil melihat kondisi mikropon.

"Ehm..." ia berdeham, "gue di sini mau nyumbangin sebuah lagu dari Naff yang berjudul Akhirnya Ku Menemukanmu. Lagu ini khusus buat cewe gue yang ada di sana." Ia menunjuk arah Qia. Sontak Qia terkejut mendengar penuturan Raafi yang tiba-tiba, membuat seisi cafe bersorak ria.

"Cie...." sahut mereka.

Raafi mulai memetik senar gitar yang berada di pangkuannya. Perlahan alunan musik mulai terdengar jelas, seluruh pengunjung masih terus menatap Raafi yang tengah menikmati alunannya.

Akhirnya ku menemukanmu
Saat hati ini mulai meragu
Akhirnya ku menemukanmu
Saat raga ini ingin berlabuh

Kuberharap engkaulah
Jawaban sgala risau hatiku
Dan biarlah diriku, mencintaimu hingga ujung usiaku

Raafi tersenyum simpul menatap Qia di sela-sela nyanyiannya.

Jika nanti kusanding dirimu
Miliki aku dengan sgala kelemahanku
Dan bila nanti engkau disampingku jangan pernah letih tuk mencintaiku

Akhirnya ku menemukanmu...

Riuh sorak-sorai pengunjung menyaksikan permainan lagu Raafi tersebut, sangat memukau dan menghibur mereka yang berada di sana.

Raafi meletakkan kembali gitar itu ke tempatnya dan kembali menuju mejanya bersama Qia.
"Maksudnya tadi apaan?" tanya Qia saat Raafi telah menyempurnakan duduknya.

"Ya gitu," jawabnya enteng sambil menyeruput lemon tea miliknya.

Qia mengernyitkan dahinya menatap Raafi. "Kenapa natapin gitu amat?" tanya Raafi sambil tertawa ringan.

"Aneh aja." Qia mendengus, "padahal gue gak peduli sama lo, tapi kenapa lo masih bertahan?"

"Kamu adalah alasan kenapa aku bertahan. Simple 'kan?"

"Receh!"

"Somplak nih curut, kapan pekanya sih?" Geram Raafi.

"Kapan-kapan," jawab Qia.

***

Saat Qia sudah berada di rumahnya, tak seperti biasanya. Pada sore hari, semua keluarganya tengah berkumpul di ruang keluarga.

"Kok tumbenan pada di rumah jam segini?" tanya Qia kebingungan saat melihat Yusuf, Misyel, dan Siddiq tengah asyik pada kegiatannya masing-masing.

Fix You! √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang