Malam ini Qia duduk seorang diri di balkon kamarnya, sepi dan sunyi, hanya ada suara hembusan angin yang terngiang di telinganya, suasana damai yang hanya ia rasakan seorang diri. Memandangi langit tanpa bintang, karena sebentar lagi akan turun hujan di malam yang bimbang menurutnya.
Bimbang, entah siapa yang harus ia dulukan untuk ini. Lusa, adalah hari dimana ia dibingungkan oleh dua kejadian yang nantinya berdampak buruk. Disaat yang bersamaan, ia harus memilih antara menyaksikan pertandingan Raafi atau melihat kepergian Rafa untuk pulang ke London.
Mengapa harus lusa? Mengapa tidak ada yang mengalah atas ini?
Ia menatap langit hampa tanpa bintang, perlahan rintik demi rintik membasahi bumi, demikian juga dengan matanya, tetes demi tetes air pun mengalir di pipinya. Membayangkan seseorang yang ia sayang pergi untuk kedua kalinya meninggalkan dia. Entah mengapa, air dari matanya mengalir tanpa diiringi suara dari mulutnya. Mungkin sudah digantikan dengan bunyinya hujan di sana.
Kejadian manis ia bersama dengan Rafa, tak akan pernah ia lupakan. Namun kehadiran Raafi, seolah membuat ia lupa rasa sedihnya terhadap Rafa dan tak terlalu memikirkan tentang itu, hanya Raafi yang mampu bertahan hingga saat ini, seolah hati yang tertutup, entah untuk apa, kembali terbuka, tetapi ia masih saja ingin menyangkal akan hal ini, seolah tak ingin mengetahui keadaan hatinya kini.
Ia mengusap air matanya seraya masuk menuju kamar untuk bisa sejenak beristirahat dari rasa bimbang yang kini ia derita.
"Seseorang, tolong culik gue dari perasaan dan keadaan sinting kali ini!" gumamnya.
*****
Raafi dan Qia sudah berjalan beriringan menuju kelas, tentunya kelas Qia. Tak ada sedikitpun pembicaraan mereka dari awal Raafi menjemput Qia di rumah tadi, Qia hanya diam.
"Kenapa Qi?" tanya Raafi yang sudah dari tadi ingin ditanyainya.
Qia menggeleng.
"Nanti kamu temenin aku latihan basket."
Qia mengangguk.
Raafi menatap Qia dengan bingungnya, sungguh bingung. Qia yang mendadak tidak bandel dan keras kepala seperti biasanya itu, seolah mengundang tanda tanya besar dari Raafi.
Qia masuk begitu saja tanpa ingin menunggu Raafi pergi dari kelasnya seperti biasa.
Di dalam kelas, Qia hanya termenung dalam lamunannya. Tak ingin ikut bergabung dalam pembicaraan absurd yang di lontarkan sahabat-sahabatnya.
"Seharusnya lo pake eyeliner yang ini, kalau yang ini jelek!" ucap Valen sambil memeberikan eyeliner yang ia tunjuk kepada para sahabatnya.
Mereka hanya menyimak, terlebih lagi Nysha yang semangat akan hal ini. Qia tak acuh, masih bertahan pada lamunannya.
"Eh kemarin, aku beli lipbam yang terbaru dari Wardah, harganya murah, keren lagi," sambung Ardilla
"Wuih belinya dimana?" tanya Nysha.
"Di toko kosmetik deket emperan pasar, kan murah-murah."
"OH IYA! KEMAREN GUE JUGA PAKE EYELINER-NYA MAK GUE, YANG ANTIPROOF." Keyra nyaris berteriak membuat seisi kelas yang tadi ribut mendadak sunyi.
Mereka semua menatap Keyra dengan sinisnya. "Apa lo pada liat-liat gue? Cantik? Pastinya!" balas Keyra sombong pada mereka.
"Suara lo gede amat monyong!" Nysha menoyor kepala Keyra dengan kuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You! √
Teen FictionApa perasaan mu jika kamu terus-menerus didekati oleh Sang cowok populer yang diidamkan para perempuan-perempuan di sekolah? Senang bukan?! Tapi tidak dengan Qia! Si cewek cuek nan dingin yang membenci Raafi, si cowok populer nan ganteng ini! Namun...