Malam yang dingin dengan hembusan semilir angin menerpa rambut Qia sehingga membuat rambutnya sedikit berantakan.
Keadaan di pasar malam begitu ramainya dengan orang berlalu lalang, membuat jarak diantara mereka kian merapat. Oleh karenanya Raafi dengan sengaja memegangi tangan Qia agar tak menjauh darinya.
Qia terlonjak kaget merasakan ada tangan yang memeganginya, sontak Qia membelalakkan mata menatap Raafi. "Apa-apaan ni?!" Dia melihat ke arah tangannya kini. Berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Raafi, tapi apalah daya seorang wanita terhadap lelaki. Tentu tenaganya terkalahkan dengan kekuatan lelaki ini.
Raafi berdecak, "Diam aja napa, ntar kalo lo ilang, siapa lagi yang sial? Gue!"
"Hooh! Biar sekalian lo bisa modus megangin tangan gue mulu 'kan? Dasar onta modus!" tukas Qia tak terima.
"Nah itu tau, eh? Haha ... elaah bilang aja lo juga seneng 'kan gue pegang? Ngaku aja dah." Raafi tertawa.
Qia mendongakkan kepalanya menatap Raafi dengan tatapan tajam yang berada di sebelahnya, sambil berusaha melepaskan genggaman Raafi lagi, dan membuat kesia-siaan semata untuknya.
"Eh-eh-eh! Lo tadi juga modus ya 'kan sama gue?" Lirik Raafi saat Qia masih kekeuh ingin melepaskan genggamannya.
Qia terdiam. "Ew! Kapan coba? Pe-De amat lo, Onta!" tukas Qia.
Mereka masih berjalan lurus. Lurus entah kemana arah tujuan mereka berada di pasar malam ini. Ribut, ramai, dan sebagai sarana tempat bermain.
"Gak usah sok-sok-an bego deh lo," sahut Raafi. "Tadi itu apa? Yang waktu mau masuk ke pasar, lo narik-narik tangan gue gitu." Raafi tersenyum kemenangan.
Qia mengernyitkan dahinya, masih bingung dengan apa yang dikatakan Raafi barusan. Memutar kembali pikirannya, saat kapan dia telah memegang tangan Raafi?
Aahk! Yang itu. Bego najis, masa gue ngelakuin hal itu sih. Mampus dah.
Raafi yang melihat ekspresi salah tingkah Qia, langsung mengacak puncak rambut Qia dengan gemas. "Udah ingat? Kalah 'kan lo!"
Qia hanya bisa kembali diam dengan seribu satu bahasa. Jeda beberapa detik darinya, ia kembali bersuara, "mau kemana si?" ucapnya yang terlihat kesal, tetapi enggan menatap Raafi.
Raafi yang melihat Qia terang-terangan itu, hanya bisa tersenyum simpul menatapnya. "Lah ngambek ya? Gemesin dah." ia tertawa.
Qia mencebik, "recehan, ya."
Raafi hanya tertawa ringan, hingga akhirnya Raafi berhenti melangkah tepat di depan sebuah kios baju, membuat Qia juga ikut memberhentikan langkahnya menyamai langkah Raafi.
"Baju, yuk!" ajak Raafi. Tanpa meminta pendapat Qia, Raafi sudah masuk ke dalam kios dan memilah-milih baju yang Ia ingin.
Qia hanya pasrah, ikut masuk ke dalam dan hanya berdiri termangu menatap Raafi yang sedang asik dengan kegiatannya.
"Lo mau yang ini?" tawar Raafi sambil memperlihatkan sebuah baju.
"Ha? Gue? Ah gak deh, lo aja," balas Qia malas.
"Mbak sama Mas-nya mau baju apa?" Seorang penjual baju di kios tersebut datang menghampiri mereka.
"Baju ukuran kita, ada gak?" pinta Raafi kepada Mbak penjaga kios.
"Kok kita? Lo aja kali. Gue bilang enggak ya enggak, bawel!" sahut Qia.
"Bisa diem, gak?"
"Enggak!" Lawan Qia.
"Bandel, lo."
"Lo, Bawel!"
Hening.
Terlihat, seorang penjaga kios yang masih muda tersebut terus saja menatap Raafi kagum dengan kegantengan yang Ia miliki tanpa ingin berpaling melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You! √
Teen FictionApa perasaan mu jika kamu terus-menerus didekati oleh Sang cowok populer yang diidamkan para perempuan-perempuan di sekolah? Senang bukan?! Tapi tidak dengan Qia! Si cewek cuek nan dingin yang membenci Raafi, si cowok populer nan ganteng ini! Namun...