10. Pemberian

3.3K 515 46
                                    

If you still stay with me. I hope you, stay forever!

***

Suasana malam itu semakin dingin, ditambah lagi dengan ice cream yang mereka nikmati, menambahkan suasana yang kian terasa.

Pertanyaan yang sama terulang kembali oleh Raafi, "Kok lo manggil gue onta bawel sih?"

"Segitu keponya ya lo! Ckckck." ledek Qia.

"Gue benci rahasiaan Qi, ayolah!"

"Oke-oke! Itu karena...." Ia sengaja menggantungkan ucapannya.

Raafi menautkan kedua alis matanya.

"Gue sayang lo." sambung Qia dengan nada menggoda.

Seketika Raafi membelalakkan matanya, akibat mendengar ucapan yang dilontarkan Qia.

"Aelah serius amat lo, Onta! Boong doang gue, bwahahaha..." Qia tertawa lepas sesudah mengucapkan kalimat itu.

Raafi tersenyum jahil. "Ah yang bener? Kok gue ngerasain lo ngucapinnya pake hati ya. Aahh so sweet deh." kini balik Raafi yang menggoda Qia.

"Bego nih orang! Males ah, becandaan ama lo." sungut Qia tak terima.

"Kyaa dia marah. Sayang beneran juga gapapa Qi, gue ikhlas."

"Ikhlas nenek moyang lo."

"Lah dia baper. Hahahaah...."

"Bodo amat."

"Yaah, jangan marah dong. Pertanyaan gue yang tadi belom lo jawab Qi." Rayu Raafi sambil membujuk Qia yang enggan menatapnya kini.

"Lo mau tau kenapa gue manggil lo Onta Bawel?" tanya Qia yang dibalas Raafi dengan anggukan cepat. "Karena, lo itu jangkung tau gak si! Ditambah lagi lo itu bawel stadium akhir. Gak bisa diem, ribut mulu."

"Gimana? Puas jawabannya?" sambung Qia.

Raafi mengangguk-anggukan kepalanya. "Jawabannya gitu doang? Yaah gaasik."

"Lah, trus?" tanya Qia.

"Gak karna sayang beneran nih?" Raafi memanyunkan bibirnya manja.

"Tripel ew najis kuadrat! Udah deh, gausah drama. Menjijikkan!" tukas Qia. "Trus, lo kenapa manggil gue curut bandel?"

"Kepo juga ternyata."

"Apaan banget dah. Gausah bertele-tele napa." sergah Qia.

"Hem ... kenapa gue manggil lo curut bandel? Ya karna lo itu tingginya cuma se-ketek gue--"

"Lah, kan curut gak ada yang segede gue, Oon! Apalagi seketek lo, ew banget, bangke."

"Dih! Suka-suka gue dong! Nah satu lagi karna lo itu badung bangeeet kalo dibilangin, rasanya pengen gue peluk biar diem gak bandel lagi," jelas Raafi sambil terkekeh.

"Dih, najis pake ew!" Qia hanya mendengus kesal mendengar pernyataan Raafi tadi.

Drrt..Drrt..

Saat sambungan ponsel Raafi berbunyi, ia segera mengangkatnya.

"Hoi bro ... kenapa?" jawab Raafi saat mengangkat sambungan telponnya.

"Jagain adek gue woi. Jan diapa-apain. Awas aja kalo dia kenapa-napa sampe di rumah, ye," sahut Siddiq saat sudah terdengar Raafi mengangkat sambungannya.

"Aelah ... iya-iya ah! Aman mah kalo sama gue. Tenang aja," balas Raafi dengan enteng.

"Sip. Gue pegang kata-kata lo!" Siddiq langsung mematikan sambungan telponnya sebelah pihak.

Fix You! √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang