18. Hari Jadi

2.7K 352 40
                                    

Kamu tau, hal yang paling kutunggu dalam hidup ini..simple!
Mendengar kata 'aku' dan 'kamu' menjadi 'KITA'.

*****

"Siapa sih tuh orang?" tanya Raafi saat berbicara pada sambungan telepon di seberang sana.

"Lebih tepatnya sih Hero khusus buat Qia." jawab Siddiq enteng.

"Hah? Maksudnya? Gue masih gak paham nih!"

"Mereka sahabatan udah dari kecil, Rafa yang selalu ada buat dia, Rafa lah tempat dia berlindung, dan karena itu juga dia nyebut Rafa 'hero'nya dia. Nah pas waktu Rafa tamat SMA, dia dapet beasiswa buat ke London dan ninggalin Qia. Mungkin memang karena Rafa lebih tua dari Qia, membuat dia nyaman kalau berada di sisi Rafa, dia seperti ngerasa ada pahlawan yang selalu ada buat dia kapanpun dan dimanapun, gue sebagai abang kandungnya aja kaya gak di peduliin sama dia!" tutur Siddiq menjelaskan.

Raafi hanya mengangguk-angguk, "terus apa reaksi Qia waktu tau kalau si Rafa pergi jauh?"

Siddiq mendengus, "sebenarnya dia gak setuju, tapi akhirnya semua orang beri dia masukan, kalau Rafa pergi buat ngejar cita-cita dan masa depannya, dan akhirnya pun dia nurut, walau sempat ada pro-kontra antara Qia dan Rafa."

Raafi mengangguk paham. Kini dia mengerti apa yang diinginkan oleh Qia sebenarnya, seseorang yang selalu ada untuknya dan mengerti ia apa adanya.

"Oke-oke Diq, thanks ya infonya!"

"Sip! Sama-sama. Jangan pernah nyerah ya buat dapetin hatinya!"

Raafi tersenyum, lalu mematikan sambungan telepon.

Segera mungkin ia mencari nomor yang akan di telponnya.

Drrt..Drrt

"Hem?"

"Besok bareng gue ya." Jelas Raafi kepada Qia.

"Hem," ia bergumam.

"Kok nurut? Tumben gak bandel!" Raafi terkekeh.

"Karna gue gak mau lo bawel!"

"Hehe iya deh, lagi ngapain nih?" tanya nya basa-basi.

"Tiduran bareng Rafa."

"APA?!"

"Ya enggak lah bego! Ada Siddiq juga, lagi nonton di ruang tengah. Biasa aja kali!"

"Oh kirain," Raafi mengela napas, "jaga mata jaga hati lo ya Qi."

"Apaan banget? Emang lo siapa gue?!"

"Calon pacar!"

"Dalam mimipi!"

"Mimpi gue ya? Jadi semua terserah gue."

Qia menghela napas panjang, "udah ah!"

"Good night Qiyang!"

"Qiyang pale lu peyang!" Qia segera mematikan telpon tanpa aba-aba.

Raafi hanya tersenyum lebar menatap layar ponselnya, kini Qia tak secuek saat pertama kali mereka bertemu.

*****

Raafi dan Qia berjalan beriringan seperti biasanya saat sudah sampai di depan gerbang sekolah.

"Raafi!" Seseorang memanggil namanya dari arah belakang. Ia menoleh untuk melihat siapa yang telah memanggil namanya tersebut.

Fix You! √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang