8. Pasar Malam

4.1K 615 92
                                    

Apalah dayaku jikalau kamu hanya menjadi SILENT READER ku wkwk #galo

***

Suasana Rumah makan Padang itu makin malam kian semakin ramai. Terlihat banyak pengunjung berlalu lalang keluar dan masuk tempat tersebut.

Mereka berdua masih terdiam dengan gaya masing-masing.

"Hmm...." Raafi memecah keheningan yang melanda, "Curut! Gue mau nanya deh."

Qia hanya bergumam saja, tak ingin menatap balik tatapan yang diberikan Raafi untuknya, dia masih ingin melihat keramaian kota Jakarta di luar sana.

"Kok lo manggil gue Onta Bawel sih?"

Perlahan Qia menatap Raafi dengan tatapan tajam miliknya. Dengan raut muka yang datar tapi dengan tatapan tajam membuat Raafi mengeryitkan dahi seraya bingung meminta penjelasan dari Qia.

"Oh itu," balas Qia malas.

Raafi masih memasang wajah ingin keingintahuannya terhadap panggilan itu.

"Kepo ya? Lo mau tau aja atau mau tau banget?" tanya Qia dengan nada menggoda. Melihat reaksi Raafi yang masih saja kebingungan, akibatnya Qia langsung tertawa terbahak-bahak melihatnya.

"Eh? Udah deh. Sok misterius amat lo tayi," tukas Raafi tak terima.

"Hahaha ... lo mau tau, ya-ya?" tanya Qia yang masih sedikit tertawa kecil.

Raafi tidak menggubris pertanyaan Qia. "Lo juga kenapa manggil gue Curut Bandel, hah!" ucap Qia yang terlihat kesal.

Raafi menaikkan kedua alisnya yang tebal itu, menatap Qia dengan tatapan meremehkan.
"Oh itu...."

Tiba-tiba seorang pelayan yang berseragam kuning milik rumah makan tersebut datang menghantarkan pesanan mereka. "Iko Uda, Uni, pesanannyo tadi. Selamat menikmati," kata si pelayan memberikan pesanan mereka dengan logatnya yang khas.

Raafi dan Qia tersenyum membalasnya. "Makasi."

Pelayan tersebut ikut tersenyum membalasnya dan berlalu pergi meninggalkan meja mereka.

Raafi dan Qia tanpa berbasa-basi lagi, mereka langsung melahap makanan masing-masing tanpa ada kecanggungan yang terselimuti.

Sejenak Raafi melirik ke arah Qia yang berada di hadapannya, heran melihat Qia yang tidak ada jaim terhadap dirinya. Justru Raafi malah ikut kagum melihat Qia yang seperti ini. Apa adanya.

Setelah mereka selesai menghabiskan makanannya, Raafi dan Qia bangkit untuk pergi meninggalkan tempat itu, tak lupa membayar makanan mereka dahulu.

"Kemana?" tanya Qia singkat, padat, dan jelas jangan lupa dengan sikapnya yang datar.

Raafi hanya diam sambil berpikir diatas motor sport nya.

Drr..Drr..Drr..

"Halo Pa?" sapa Qia dahulu saat mengangkat dering ponselnya.

"Halo nak, kamu dimana?"

Qia kebingungan harus menjawab apa, karena pada jam malam seperti ini dia masih diluar, seharusnya dia sudah berada di rumahnya.

"Hm ... anu Pa ... Qia ... di luar," jawab nya masih ragu-ragu dan takut.

"Sama siapa?"

"Raafi," jawabnya cepat dengan sedikit pelan.

"Oh baguslah,"  ucap Yusuf ringan diseberang telepon.

Seketika Qia langsung mengernyikan dahi, melihatkan kebingungan yang besar. "Kenapa Pa?"

Fix You! √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang