38. Break

1.6K 145 30
                                    

Ketika ada ribuan alasan buat gue membenci lo, entah mengapa, ada sejuta alasan lain buat gue tetap mencintai Lo.

*****

ShidqiamaraYG : Bisa kita ketemuan sekarang? Pls kali ini aja. Di taman biasa.

Raafi membaca Line yang dikirim Qia barusan. Jujur, untuk saat ini ia enggan bertemu dengan siapapun.

"Bukan maksud aku buat hati kamu sakit, Qi. Liat kamu sakit aja aku lebih sakit. Entah kenapa hal kecil seperti ini bikin aku marah ke kamu. Maaf sekali lagi."

Raafi langsung bergegas ke taman yang dimaksud Qia. Taman yang sering mereka jadikan untuk mengobrol biasa, yaitu di taman kompleks rumah Qia. Tak sampai beberapa jam, Raafi sudah tiba di sana.

Ia melihat Qia duduk sendirian di bangku taman yang sepi. Terlihat di wajahnya menampilkan raut wajah sedih.

Qi, please jangan sedih lagi. Buat aku semakin besar punya salah ke kamu.

Dia berjalan mendekati tempat Qia, namun ia tak sadar akan kehadirannya di sana. Raafi berdeham cukup keras, membuat Qia tersentak kaget. Sepertinya ia habis melamunkan sesuatu.

"Eh, hm anu, duduk." Qia menepuk kursi kosong di sampingnya.

"Makasih, tapi gak usah. Mau ngomong apa?"

Qia tersenyum paksa melihat tingkah Raafi yang seperti ini. Dibalik senyumnya itu, tampak ada raut kesedihan di sana. Lalu, dia berdiri mensejajarkan tegaknya dengan Raafi.

"Wajar kok kalau Lo gitu ama gue." Ia memandang lekat wajah lelaki yang ia rindukan keberadaannya di sisinya. Raafi memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia tak ingin melihat mata Qia walau sebenarnya ia pun rindu.

"Terserah Lo mau menjauh atau membenci gue, gue terima dengan tulus," Sebisa mungkin ia menahan agar air di matanya tak mengalir. "sekuat apapun Lo nolak gue, Lo boleh pergi. Pergi sejauh mungkin yang Lo mau, gue terima. Walaupun gue baru sadar sekarang, hati gue milik Lo." Qia membuang jauh perasaan gengsinya untuk saat ini.

Mata Raafi membulat, tak percaya apa yang dikatakan Qia sungguh di luar dugaannya. Dia masih bungkam.

"Ketika ada ribuan alasan buat gue membenci lo. Entah mengapa ada sejuta alasan lain buat gue tetep mencintai Lo." Terlihat mata Qia sudah memerah menahan air untuk tidak mengalir. "Tapi kali ini, ada satu alasan kuat buat gue menjauh dari Lo. We must break!"

"Hah?!"

Dia tersenyum palsu menatap Raafi, "we must break, Raaf!"

"Kamu bercanda 'kan?"

"Gue mau kita putus. Ini jalan yang efektif buat kita."

"Tell me, why?"

"Nothing a reason." Qia hendak berbalik meninggalkan Raafi. Namun tangannya di cekal oleh Raafi. "Maaf kalo aku udah nyakitin perasaan kamu. Bukan maksud aku buat nyakitin kamu. But please, don't leave me!"

"Bukan. Ini bukan salah Lo." Air matanya sudah mengaliri pipi.

"Kamu aneh, Qi. Bikin aku kebingungan sendiri sama tingkah kamu. Sumpah, aku gak tau apa maksud ka--"

"Maksud gue, kita putus!"

"Gak. Jangan bercanda."

"Gue gak bercanda. Lupain gue, lupain semua
kenangan kita, dengan itu kita gak ada yang terluka dan gak saling melukai." Ia semakin terisak.

Raafi stuck. Tidak tau lagi apa yang harus ia perbuat. "Oh God! Please, don't cry!"

"Thanks for make me imply." Dia mengusap air matanya sendiri.

Fix You! √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang