39. Di Hatimu, Ku Ingin Gila

1.5K 153 15
                                    


Segan untuk mendekat, namun enggan juga tuk menjauh.

####

Fakta mengenai hubungan Qia dan Raafi sudah menyebar seantero sekolah. Bahan gosip apa saja yang tengah hangat dibicarakan akan selalu menjadi buah bibir bagi siswa dan siswi SMA Pelita Bangsa.

Pagi sekali, sebelum matahari tersenyum menyingsing, Qia sudah dulu berada di sekolahnya. Hanya ada beberapa murid, tetapi ia tak mempedulikan siapa. Ia hanya fokus pada tanah yang dipijakinya untuk berjalan kini menuju kelasnya di ujung sana.

Qia terus saja menunduk. Langkahnya mengikuti arus tapak sepatunya melangkah. Hatinya lesu, bibirnya kelu. Tak mampu memandangi sekitar.

"Aw!" tak sadar, ternyata ia menabrak tepat di dada bidang seorang lelaki. Ia mengusap-usap kepalanya yang sakit, "gila, ih."

"Siapa?"

"Lo—" matanya bertemu dengan manik mata legam milik lelaki yang sedang ingin ia hindari kini.

"Gila karna kamu sih, iya." Tanpa ragu ia mengucapkan sederet kalimat yang mampu membuat jantung Qia hendak mencelos keluar.

Mampus woi! Gue ngomong apaan barusan?! Kapan move on-nya kalau begini. Ck. Batin Raafi menggerutu.

"Bodo amat." Qia berlalu pergi secepat mungkin dari hadapan Raafi sambil memukul-mukul kepala yang terbentur dengan dada Raafi. Ia sangat menyayangkan adanya adegan seperti tadi yang mampu membuatnya tak bisa melupakan Raafi.

Bagi seseorang yang sedang dalam proses melupakan, hal ini sangat tidak menguntungkan baginya. Mencoba menjauh dan menepi dari cinta yang sakit ini adalah cara terhebat untuk seseorang yang ingin mengubur cinta lama.

***

Saat tak sengaja Raafi melihat Qia baru saja memasuki kantin, ia bertanya pada dirinya sendiri. "Kamu. Kenapa harus kamu?" ia mengikuti kemana arah Qia, "aneh. Segininya banget kamu ke aku. Apa aku harus jahat ke kamu dulu biar aku bisa berhenti buat sayang sama kamu? Mustahil, Qi!"

"Iya, gila! Dia hebat ya," sahut seseorang yang sedari berada di samping Raafi.

Dia terkejut. "Kapan lo di sini, heh?"

"Dari tadi. Segitu gak sadarnya lo ada gue di sini. Sedih adek, bang," ucap Siddiq dengan gaya alay.

"Makin hari makin alay aja nih orang. Jijik dah." Raafi menatap dengan geli.

"Diliatin mulu adek gue. Ntar gagal move on, mewek!"

"Terus, gue harus gimana? Menurut lo gue harus apa? Diq! Tolong bantu gue!" Raafi memandang Siddiq dengan penuh harapan.

"Relain dia ama yang lain!" Siddiq tertawa terbahak-bahak.

Raafi menjentik dahi Siddiq, "gak lucu, kambing!"

Ia mendengus, "lagian, Lo kenapa itu kemaren jauhin dia? Gak mikir kan lo gimana perasaan dia, waktu lo ngejauhin dia! Sampai murung berhari-hari, hahaha, lucu."

"Kok lucu?" Raafi mengerutkan dahinya kebingungan.

"Lucu aja. Coba lo bayangin deh, cewe cuek kaya dia gitu mana mau uring-uringan demi cowo, Cuma lo sama Rafa doang."

"Ahh, Rafa. Jadi, Rafa juga pernah begini sama Qia?"

"Qia udah anggep dia kaya abang kandungnya sendiri, dia sayang sama Rafa." Helaan napas berat keluar dari mulut Siddiq.

Fix You! √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang