Langit yang mendadak sunyi, seolah mengetahui keadaan hatiku kini.
Happy reading^^
*****
"Wah.. jadi ini yang namanya Qia? Anak Misyel? Yang sering diceritain sama Raafi? Cantik!" Vina tersenyum menatap Qia.
"Makasi Tan," jawab Qia membalas senyuman terbaiknya untuk Vina.
Raafi sering gibahin gue ke emaknya? Haha! Batin Qia.
"Yuk masuk, mas Arif sama Raafi udah ada di ruang makan." Vina mempersilahkan mereka menuju ruang makan.
Qia berjalan dengan malasnya. "Semangat dong dek!" ujar Siddiq, "udah di rumah calon nih." Goda Siddiq terkekeh.
"Ribut aja lu monyonk!" Bukan Siddiq namanya kalau tidak berhasil membuat Qia kesal bertubi-tubi.
"Calon majikan maksud gue," Siddiq tertawa-ria.
"Sialan! Bisa aja lu ubi kayu, dasar! Lo aja sana jadi babunya."
"Ciee si Babon marah! Kan elo pembantu cintanya Raafi."
"Sekali lagi lo ngomong gue jitakin lu sampai mampus!" ancam Qia.
"Peduli monye--aaw sakit somplak!" Qia benar-benar menjitak kepala Siddiq dengan kasarnya.
"Gue gak main-main tong!"
"Jangan buat mama malu nak," ujar Misyel melerai mereka.
Mereka membalas dengan anggukan paham.
Saat memasuki ruang makan, mata Raafi dan mata legam milik Qia bertemu, entah mengapa kali ini membuat degupan jantung Qia seakan berdetak dua kali lipat dari biasanya.
Qia mengambil tempat duduk tepat di depan Raafi. Saat ia tak sengaja menatap Raafi, Raafi tersenyum simpul menatap Qia terang-terangan, sehingga terlihat wajah tampannya menampilkan lesung pipi yang ia punya.
"Qia, sekarang kamu kelas berapa?" tanya Vina di sela-sela ia melahap makanannya.
"Sepuluh, tan."
"Satu sekolah dengan Raafi 'kan?" tanya Arif.
"Iya, om."
"Semenjak dia dekat sama kamu--eh pacaran maksudnya, tingkah dia tambah aneh Qi, suka senyum-senyum sendiri tante perhatiin," ujar Vina, membuat Qia tersedak dalam makannya. Segera ia meraih minum yang ada di hadapannya.
"Oh iya? Sejak kapan Qia pacaran dengan Raafi?" tanya Yusuf menatap Raafi lurus.
"Beberapa hari yang lalu, om," jawab Raafi singkat.
"Kok gak bilang mama sih, Qi?" sahut Misyel yang tampak terkejut.
Qia hanya menyengir paksa.
"Malu kali dia, ma," sambung Siddiq, "baru beberapa hari yang lalu, iya kan dek?" Siddiq menahan senyum menatap Qia.Qia melototkan matanya menatap Siddiq dan Raafi bergantian.
"Kapan-kapan Raafi main ke rumah dong." ajak Misyel.
"Iya tante, Raafi usahain," balas Raafi tersenyum.
"Gak usah malu-malu lagi Raaf," sambung Yusuf.
Raafi tersenyum lagi, beralih menatap Qia yang sudah jengah mendengar.
"Qia ke belakang dulu ya ma, pa, tante, om. Udah selesai nih." Ia berlalu meninggalkan ruangan itu dengan malasnya.
Raafi pun menyusul Qia yang ingin ke belakang rumah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You! √
Teen FictionApa perasaan mu jika kamu terus-menerus didekati oleh Sang cowok populer yang diidamkan para perempuan-perempuan di sekolah? Senang bukan?! Tapi tidak dengan Qia! Si cewek cuek nan dingin yang membenci Raafi, si cowok populer nan ganteng ini! Namun...