Raewon merapatkan mantelnya. Ia duduk dengan gugup sambil sesekali melirik jam di dinding. Sudah sepuluh menit ia diam di ruangan itu, menunggu Seora.
Sungguh, Raewon sempat berpikir bahwa Seora akan datang ke apartemennya untuk menjelaskan semua hal tentang menjadi manajer itu. Tetapi tiba-tiba ia mendapat telepon untuk langsung pergi ke kantor Seora. Dan disinilah dia, duduk sendirian di sebuah ruangan tanpa heater yang membuat tubuhnya menggigil.
Sambil menunggu, pikiran Raewon kembali berjalan. Ada satu hal yang sejak kemarin mengganjal dalam hatinya.
Jeon Jungkook.
Sungguh, ia sama sekali tidak tahu-menahu soal selebriti. Selama ini, ia hanya fokus pada studinya dan sama sekali tidak melirik hal lain. Satu-satunya selebriti yang ia tahu hanya Lee Minho. Itu pun karena dulu Seora sering kali memintanya untuk menemani menonton sebuah drama di TV.
Bagaimana bisa dia tidak ingat? Lee Minho mempunyai rambut ikal yang mengganggu dalam drama tersebut sehingga Raewon sangat mengingatnya. Selain itu, Raewon tidak mengenal siapapun.
Tapi kali ini, mendengar nama Jeon Jungkook saja rasanya sudah sangat familiar. Seingatnya, tidak ada temannya sejak sekolah dasar yang mempunyai nama Jeon Jungkook. Lalu, siapa?
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka. Raewon mengangkat kepalanya dan dapat melihat Seora yang terburu-buru masuk untuk menyiapkan tempat duduk di seberang Raewon.
Ia berbisik, “Tolong maafkan aku atas segalanya. Jungkook memang bukan tipe orang yang tepat waktu.”
Raewon mengangguk-angguk, mencoba mengerti. Ia dapat melihat bagaimana kikuk dan gugupnya Seora. Padahal, dia bukan tipe perempuan yang seperti itu.
Kemudian, datanglah seorang lelaki berambut cokelat kemerahan dengan kacamata hitam dan mantel abu tua yang panjang hingga lutut. Mantelnya dibiarkan terbuka sehingga menampakkan sweater turtleneck berwarna hitam dan celana denim biru tua yang sangat cocok di kaki jenjangnya. Tidak lupa topi fedora warna hitam melengkapi fashion-nya pada pagi hari itu.
Sungguh eye-catching.
Raewon menatap lelaki itu horor karena itu adalah kali pertama Raewon melihat seseorang berpakaian sedemikian glamor. Ia melempar tatapan kepada Seora, tetapi perempuan itu hanya mengisyaratkannya untuk diam dengan wajah panik.
Lelaki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Di mulutnya terdapat permen karet yang sudah putih. Ia berdiri di mulut pintu, menatap lurus sambil mengunyah permen.
Raewon mengerutkan keningnya. Meski ia tidak bisa melihat kemana arah lelaki itu memandang karena kacamata hitamnya, Raewon tahu sekali bahwa dirinyalah yang tengah ditatap. Hal itu membuat rambut-rambut halus di tengkuknya berdiri.
Manik Raewon tidak bisa lepas dari wajah lelaki itu. Alisnya tebal, berwarna senada dengan rambutnya. Lalu hidungnya mancung sekali, tampak kokoh di atas bibir kemerahannya yang padat dan berisi. Dagunya runcing, rahangnya yang terus bergerak akibat kegiatan mengunyahnya benar-benar tegas. Sekilas, Raewon dapat melihat dua gigi depan laki-laki itu yang sungguh mencolok.
Secara keseluruhan, Raewon akui dia tampan. Tapi ia juga mengakui bahwa rupawan di luar tidak selalu mencerminkan hatinya.
Dengan hati-hati, Raewon menelisik ke dalam kacamata hitam yang menyembunyikan manik Jeon Jungkook. Tiba-tiba, kegiatannya berhenti saat Jungkook membuang napasnya keras-keras.
“Kau ingin bermain-main denganku?”
Raewon berjengit kaget saat selebriti di depannya menanyakan hal yang sungguh random. Padahal mereka baru saja bertemu. Ia hampir saja tergagap jika Seora tidak segera bersuara.

KAMU SEDANG MEMBACA
[jjk] Love Disease ✔
FanficSomething about his past made him this different. His dark past, dark childhood changed everything. He hid behind his mask, playing nice and good for years. Until this girl came and ruined everything. At least, that was what Jungkook think. Status :...