Pukul 01.00 dini hari.
Raewon memasuki apartemennya dengan langkah gontai. Ia berjalan terseok-seok tanpa menyalakan lampu. Tasnya dijatuhkan ke lantai seiring dengan langkahnya. Lalu tubuhnya jatuh di atas sofa ruang tengah. Tidak ada niatan untuk berjalan ke kamar karena energinya sudah habis.
Kelopak matanya tertutup secara otomatis. Sungguh hari yang melelahkan. Raewon tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya jika terus melakukan hal ini selama satu bulan. Mungkin dia bisa berubah menjadi zombie.
Besok pagi ia harus bangun pagi sekali karena tepat jam tujuh ada acara temu fans. Sedangkan Raewon harus datang ke apartemen Jungkook pukul lima. Hembusan napas berat keluar begitu saja dari mulutnya. Ia harus segera tidur. Empat jam baginya sangatlah berharga. Hari melelahkan lain sudah siap menunggunya.
Otak Raewon mulai bekerja membuat mimpi hingga tiba-tiba ponselnya berbunyi nyaring, memecah kesunyian pada malam itu. Matanya refleks terbuka dengan lebar saking kagetnya.
Raewon menggeram. Ia mengambil bantal kecil di dekatnya untuk menutupi telinga. Matanya kembali ditutup rapat-rapat, wajahnya ia benamkan ke dalam sofa. Siapa yang berani mengganggu waktu tidur berharganya tengah malam begini?!
Kesal karena berisik dan bunyinya yang tiada henti, terpaksa Raewon bangun untuk mengambil ponsel di dalam tasnya. Tanpa melihat nama si penelpon dan mata yang setengah tertutup, ia pun mengangkat telepon itu.
“Chogiyo. Jika ada sesuatu yang penting, tolong telepon lagi nanti pa—” (Permisi.)
“Do.. wajwo,.. jebal..” (Tolong aku, kumohon)
Bunyi napas berat mendominasi speaker ponsel Raewon. Raewon, dengan mata yang masih setengah tertutup, mengerutkan keningnya.
“Nugu.. seyo?” (Ini siapa?)
Tidak ada jawaban. Yang ada hanya suara napas yang terhambat dan putus-putus. Insting dokternya berjalan. Mendadak Raewon panik, meski matanya masih menyipit, enggan untuk bangun.
Saat ia melepas ponsel dari telinga hanya untuk melihat layar ponsel, nomor yang meneleponnya adalah nomor yang tidak dikenal. Sambil menggosok matanya yang perih, Raewon bertanya lagi.
“Igeo nuguseyo?” (Ini siapa?)
“Rae..won..-ah..”
Orang di seberang sana berhasil mengeluarkan suara. Tetapi terdengar seperti sedang tercekik.
“Ne, majayo. Jeoneun Raewon-ieyo. Geundae, dangsin nuguseyo?” (Ya, benar. Aku Raewon. Tapi, Anda siapa?)
Kali ini, suara napas di seberangnya makin pendek. Tampaknya orang itu mengalami sesak napas. Raewon makin panik dan kantuknya hilang begitu saja. Ia pun berdiri sambil menyibakkan rambutnya ke belakang.
“Yeoboseyo? Bisakah kau katakan padaku siapa namamu dan dimana kau berada?” (Halo?)
Di ponsel masih terdengar suara tercekik dan Raewon langsung kembali menyandang tasnya dan berlari keluar apartemen.
Siapapun orang ini, dia butuh bantuan.
“Ireum! Beritahu namamu!” kata Raewon saat memencet tombol lift apartemennya untuk turun. (Nama!)
“Nan..” ucapannya terpotong saat ia menarik napas yang pendek. (Aku)
Raewon menggigit bibirnya. Lift baru berjalan dari lantai satu sedangkan Raewon berada di lantai 7. Ia harus menunggu.
Tidak ada tangga gawat darurat kali ini. Menuruni tangga hanya akan menguras tenaga.
“Ne. Dangsineun nuguseyo?” Raewon berusaha terdengar tenang dan tidak panik. Tapi pada kenyataannya adalah sebaliknya. (Iya. Anda siapa?)
![](https://img.wattpad.com/cover/61882623-288-k778600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[jjk] Love Disease ✔
FanfictionSomething about his past made him this different. His dark past, dark childhood changed everything. He hid behind his mask, playing nice and good for years. Until this girl came and ruined everything. At least, that was what Jungkook think. Status :...