Seorang wanita menutup pintu mobil hitamnya setelah berhenti di dekat sebuah gubuk tua.
"Dimana anak itu?" sapa seorang pria berotot yang menunggu di pintu.
Wanita tersebut menunjuk mobil dengan dagunya. "Di mobil. Dia akan tertidur empat jam lagi."
Sebuah seringai tampak dengan jelas dari pria tersebut. Ia melangkah ringan ke arah mobil dan mengintip ke dalam. "Akhirnya anak manja ini ada di tanganku. Tidak sulit."
"Kau harus berterima kasih padaku. Jungkook mencintaiku," sahut wanita berambut cokelat bergelombang itu. Ia memakai sarung tangan kulitnya sebelum melangkah ke bagasi mobil.
Si pria memainkan lidahnya di dalam mulut. "Oh, jangan khawatir. Kau tidak akan pernah kecewa dengan ucapan terima kasih dari Tuan Min."
Rahang sang wanita mengeras begitu mendengar kata 'Tuan Min'. Namun, ia berusaha mempertahankan wajah datarnya meski maniknya bergerak gelisah di balik kacamata hitam yang ia pakai.
Tanpa bicara, wanita tersebut membuka bagasi mobil. Mendadak, ia membeku.
Menyadari kesunyian yang tidak biasa dari belakang mobil, kening si pria mengerut. "Ada apa?" tanyanya.
Sang wanita tidak menjawab. Ia masih diam seraya menatap ke dalam bagasi dengan tatapan tidak percaya. Pria tersebut pun terpaksa menyusul ke belakang.
Di sana lah ia melihat seorang anak perempuan tengah duduk meringkuk di bagasi.
Anak itu menatap si wanita dan pria di depannya bergantian. Ketakutan tampak jelas dari sorot matanya. Anak tersebut memeluk lututnya dengan tubuh gemetar. Seluruh tubuhnya kotor, seperti gelandang.
Pria tersebut menyipitkan matanya. Saat ia menjulurkan tangannya, si anak sontak memejamkan mata, takut. Pria tersebut mendecak sebelum menyingkap rambut anak perempuan tersebut untuk melihat wajahnya lebih jelas.
Keningnya mengerut. Kemudian ia menoleh ke arah wanita yang mematung di sampingnya.
"Dia anakmu?"
Buru-buru si wanita menggeleng. "Bukan. Aku tidak punya anak."
Pria tersebut mendesis. Tangannya mulai mencengkeram rambut si anak dengan kuat. Terdengar suara pekikan kecil karenanya.
"Tapi kupikir kalian mirip. Bahkan aku melihat wajah orang lain yang familiar dari anak ini."
Rambut anak tersebut ditarik lebih kuat. Pria tersebut mengamati si anak dengan seksama. Bagaimana anak tersebut merintih kesakitan dan menatapnya penuh mohon membuat senyumnya mengembang.
Ia tahu deduksinya tidak pernah salah. Detik itu, dia yakin.
"Well, jika dia bukan anakmu, jelas sekali dia mata-mata yang dikirim."
Setelah mengatakan itu, pria tersebut menarik rambut anak itu hingga tubuh mungilnya terhempas keluar bagasi. Jeritan melengking terdengar memilukan telinga. Tidak sampai di situ, anak tersebut pun diseret ke dalam gubuk, masih dengan rambutnya yang ditarik.
Wanita berambut cokelat tadi masih berdiri di samping bagasi. Ia menatap dalam diam bagaimana anak perempuan itu diseret tanpa ampun memasuki gubuk. Ketika sudah melewati pintu, anak tersebut dilempar ke dalam.
Jeritan memilukan terdengar, disusul dengan bunyi dentuman tubuh yang membentur dinding. Rahang wanita tersebut mengeras. Dengan tangan gemetar, ia mengambil tali dari bagasi sebelum menutupnya kembali. Telinganya seolah tuli, tubuhnya seolah terhipnotis untuk tidak menyusul ke dalam.
"Stupid child. Sudah kubilang untuk diam malah datang," gerutunya pelan seraya mengikatkan tali pada tubuh anak lelaki yang tengah terlelap di mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
[jjk] Love Disease ✔
FanfictionSomething about his past made him this different. His dark past, dark childhood changed everything. He hid behind his mask, playing nice and good for years. Until this girl came and ruined everything. At least, that was what Jungkook think. Status :...