Kacau

3.4K 544 22
                                    

"Raewon, aku tidak yakin aku bisa-- aku tidak ingin--"

"Hei, hei. Lihat aku."

Jungkook menghentikan rengekannya ketika Raewon menangkup wajahnya. Tak ia sadari bahwa di pelupuk matanya telah berkumpul beberapa titik air. Ia sangat dekat menuju menangis.

"Kau akan baik-baik saja. Ini demi kebaikan kalian berdua. Kau mengerti?"

Setelah beberapa detik, Jungkook memberanikan diri untuk mengangguk. Raewon yang puas akan reaksi Jungkook pun berjinjit untuk memberikan satu kecupan semangat.

"Aku akan selalu berada di sisimu. Jangan takut. Aku di sini."

Raewon menempatkan diri di samping Jungkook dan menautkan jemarinya dengan milik lelaki itu. Ia melempar senyum terbaiknya, berniat menghibur.

Jungkook menarik napas dalam-dalam. Ia pejamkan matanya sesaat. Kemudian ia tatap pintu di depannya dengan penuh dedikasi.

"Aku siap."

Senyum Raewon belum luntur. Genggamannya pada tangan Jungkook mengerat. Tangannya yang bebas pun terjulur untuk mengetuk pintu.

Setelah tiga ketukan, pintu terbuka dengan cepat. Menampakkan seorang wanita muda dengan apron putih di depan pakaian serba pastelnya.

"Tuan Jungkook? Anda datang di saat yang tepat. Nyonya baru saja bangun dari tidurnya," sapa wanita tersebut dengan senyuman lembut di wajahnya.

"Oh, apakah aku mengganggu? Aku terdengar seperti mengganggu. Haruskah aku pulang kembali?"

"Jungkook," tegur Raewon kemudian. Ia remas tangan Jugkook yang masih bertautan dengannya. Lelaki itu terlalu panik, ia hampir mundur dan itu sama sekali tidak boleh terjadi. Jungkook sudah berjanji untuk melakukan yang terbaik maka ia harus memenuhi janjinya tersebut.

Dengan keringat dingin yang mengalir di pelipisnya, Jungkook menghembuskan napas yang keluar bergetar. "Maafkan aku. Aku akan masuk sekarang."

Wanita di hadapan mereka segera membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan keduanya untuk masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan warna pastel. Tempat itu menyenangkan sebetulnya. Terdapat satu buah kasur pasien yang menempel dengan dinding di sebelah kanan. Di kedua sisi ranjang tersebut terdapat dua buah meja nakas. Satu dipergunakan untuk menyimpan buku-buku dan alat tulis. Yang lainnya dipakai untuk menyimpan gelas dan teko dan piring berisi buah potong.

Di seberang pintu masuk, terdapat beranda yang disambungkan oleh jendela kaca yang tidak terlalu tinggi. Tampak dari dalam, beranda tersebut dipenuhi oleh pot-pot bunga yang sangat indah. Di sebelah kiri ruangan terdapat satu pintu yang mungkin mengarah ke kamar mandi dan lemari besar yang sepertinya diperuntukkan untuk menyimpan semua pakaian dan keperluan lainnya. Kemudian di samping jendela, terdapat meja baca lengkap dengan lampunya. Di atas meja tersebut tersusun rapi buku-buku bacaan dengan berbagai ukuran. Dari sana, Raewon mengambil kesimpulan bahwa Nyonya ini sangat menyukai membaca.

Kemudian di dekat jendela, seorang wanita paruh baya sedang duduk di kursi goyang. Buku di tangannya.

Ini adalah kali pertama Raewon bertemu dengannya. Sebetulnya wanita ini tidak tampak tua. Wajahnya cantik dan terawat. Tapi Raewon tahu bahwa wanita ini telah berumur dari rambut-rambut putih yang menyelinap keluar di balik surai hitamnya yang menjuntai indah sampai bahu.

Kesimpulan lain yang Raewon dapat adalah bahwa wanita ini sangatlah mirip dengan Jungkook, tampak jelas dari bentuk mata dan bibir keduanya. Jungkook memang mendapatkan gen terbaik.

Jungkook dan Raewon berdiri kikuk di dekat pintu. Wanita pertama yang mereka temui menyunggingkan senyum. "Nyonya, ada tamu," tegurnya pada wanita yang Raewon yakini adalah Ibu dari Jeon Jungkook.

[jjk] Love Disease ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang