Bicara

2.9K 485 20
                                    

Raewon mengetuk pintu dengan gugup.

"Silakan masuk," sahut sebuah suara. Raewon pun memutar knop untuk masuk.

"Apakah aku mengganggu?" tanyanya.

Dua kaki dari tempatnya berdiri, sang Ayah dengan kacamata dan stetoskop di leher mengangkat kepalanya. Kedua mata sontak melebar setelah menyadari keberadaan putrinya di depan pintu.

"Raewon? Apa yang kau lakukan di sini?"

Raewon tersenyum tipis sebelum melangkah masuk. Ia tutup pintu di belakangnya. Kemudian ia duduk di hadapan sang Ayah.

"Bagaimana kabar Ayah?" Raewon bertanya. Genggamannya pada tas tangan yang ia bawa pun mengerat.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Nona." Sang ayah melepas kacamatanya. "Untuk apa kau datang jauh-jauh dari Seoul ke Gwangju?"

Raewon menggigit bibirnya. "Aku hanya merindukanmu."

"Tidak, kau tidak merindukanku," elak ayahnya. "Tahun ini adalah tahun yang berat untukku, terima kasih padamu. Jangan buat aku makin pusing."

"Tapi aku memang benar-benar merindukanmu!" Raewon menekuk bibirnya.

"Ada masalah apa?" Air muka ayahnya melembut. Ia tahu, jika Raewon menghampirinya tiba-tiba dengan wajah kusut, pasti ada masalah.

Namun, Raewon tidak menjawab. Kepalanya tertunduk dalam.

Helaan napas keluar dari mulut sang Ayah. "Bagaimana hidupmu sekarang? Sudah lebih baik, bukan? Bukankah seharusnya kau sibuk karena posisimu di perusahaan itu?"

"Tidak semudah itu." Raewon akhirnya menjawab. "Aku masih punya lisensi. Jungkook masih mempekerjakanku menjadi dokter pribadinya."

"Biar kuperjelas." Ayah Raewon memangku dagunya di meja. "Kau telah berganti profesi berapa kali tahun ini?"

Raewon mendengus. "Ini semua bukan keinginanku. Lagipula, kali ini aku hanya fokus di perusahaan dan dokter untuk Jungkook. Aku tidak repot menjadi manajer lagi karena Jungkook telah punya yang baru."

"Oh, ya? Siapa?"

"Seseorang." Raewon mengibaskan tangannya. "Laki-laki. Ayah tidak akan tahu."

Mendengar itu, sang Ayah tertawa. "Aku hanya takut jika manajer barunya adalah perempuan, putriku tidak akan punya pacar lagi."

"Jungkook bukan pria yang seperti itu!" sentak Raewon dengan alis bertautan. Tawa ayahnya semakin menjadi.

"Oke, maafkan aku, Sayang." senyumnya melembut. "Jadi, ada masalah apa?"

Raewon menghembuskan napasnya seiring dengan punggungnya bersandar pada kursi. "Aku bingung."

"Apa yang kau bingungkan, Sayang?"

Jemarinya mulai sibuk memainkan ujung blusnya. Raewon kembali menggigit bibir. "Jungkook ingin menikahiku."

"Oh?"

Raewon melirik sang ayah dari balik bulu matanya. Sulit membaca ekspresi pria paruh baya tersebut. Terkejut? Marah? Bingung? Raewon tidak tahu dan tidak punya nyali untuk tahu.

"D-dan aku tidak tahu harus bagaimana. Jungkook mengatakan itu di hadapan ibunya. Padahal, bicara tentang pernikahan pun tidak pernah. Aku.." Raewon memejamkan matanya. Ia tidak kuasa menatap ayahnya. "Aku bingung."

Kali ini Raewon mencengkeram blusnya. Jemarinya gemetaran. Ia takut, sungguh.

"Raewon, lihat aku."

Mendengar itu, Raewon menggeleng kuat-kuat. Ia tidak mau melihat mata ayahnya.

"Kang Raewon." Suara sang Ayah terdengar lebih tegas.

[jjk] Love Disease ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang