Perlahan-lahan, Raewon berhasil mengumpulkan kesadarannya.
Tidak banyak yang ia tangkap, tetapi ia mengenali aroma yang menggelitik indera penciumannya. Raewon pun mengerjapkan matanya berkali-kali.
Kepalanya bergerak ke samping dan ia mendapati Jeon Jungkook tengah tertidur dengan kepala yang jatuh pada ranjang putih. Tangan besarnya menggenggam erat tangan Raewon. Disadarilah bahwa ia tengah terbaring di rumah sakit.
Kepalanya pening luar biasa. Lengan sebelah kanannya pun nyeri, rasanya seperti ditusuk oleh seribu jarum. Ia sama sekali tidak bisa bangun.
Butuh beberapa saat hingga ia menyadari bahwa sebelumnya posisinya bukan di rumah sakit, melainkan di ruang konferensi. Dan Raewon cukup ingat bagaimana Jungkook memeluknya erat sebelum pingsan.
Raewon menoleh untuk yang kedua kalinya. Napas Jungkook keluar-masuk dengan teratur. Raewon dapat merasakan denyut nadi lelaki itu dari bagaimana eratnya tangannya digenggam. Di samping sikap kejam dan dinginnya, tidak dipungkiri bahwa Jungkook adalah lelaki yang lembut.
Kepalanya tidak benar-benar mengingat sudah berapa kali Jungkook memeluknya. Tetapi hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat pipinya menghangat. Pelan-pelan, Raewon menelan ludahnya. Tangan besar Jungkook menggenggamnya erat sampai membuat kepalanya semakin pusing.
Hingga lelaki itu mengangkat kepalanya pelan-pelan.
"Raewon-ah? Kau bangun?"
Suara bariton Jungkook mengalir begitu saja, menggetarkan gendang telinganya. Lelaki itu menguap lebar dan menggosok matanya pelan. Ia terbangun dan Raewon yakin lelaki itu masih mengantuk.
"Eo-eoh. Baru saja."
Terkutuklah suaranya yang bergetar. Raewon yakin wajahnya memerah. Ia tidak tahu mengapa dirinya bisa segugup ini.
Ketika Raewon hendak bangun, Jungkook buru-buru menahan bahunya. "Jangan bergerak. Lenganmu butuh perawatan intensif. Aku tidak ingin terjadi hal yang lebih buruk menimpamu."
Raewon menangkap sirat khawatir dari mata Jungkook meski wajahnya datar-datar saja. Tetapi Raewon tidak ingin terlalu peduli karena dia tidak ingin dijatuhkan setelah mengharapkan rasa peduli dari seorang Jeon Jungkook. Karena sejatinya, hal itu adalah suatu kemustahilan.
"Apa yang terjadi?" Raewon mengusahakan untuk bertanya. Lengannya nyeri, kepalanya pusing, dan dentuman jantungnya berantakan. Ia pikir itu karena gugup setelah tangannya digenggam oleh Jungkook. Tetapi alasannya tidak mungkin sesederhana itu.
Jungkook mengulur napas. Ia menatap Raewon dan lengan gadis itu bergantian. Kemudian ia berdiri. Genggaman tangannya lepas. Mendadak rasa kecewa menggelung dalam hati Raewon.
"Akan kupanggilkan perawat," katanya singkat sebelum keluar ruangan.
Tingkah Jungkook membuat kening Raewon mengerut. Apa-apaan lelaki itu? Sedetik sebelumnya dia bertingkah lembut dan sedetik selanjutnya seolah kembali menjadi dirinya yang biasa. Dingin, kejam, tidak peduli. Bukannya menjawab malah pergi.
Jika Jungkook tidak menutup pintu setelah keluar, mungkin lelaki itu bisa mendengar bagaimana Raewon mendecak keras-keras.
"Bodohnya aku nyaris saja jatuh ke dalam pesonanya. Lelaki di dunia ini memang tidak ada yang benar. Luarnya saja menggoda, dalamnya busuk," keluhnya.
Tetapi kesalnya tidak berlangsung lama karena sakit di lengannya tiba-tiba menyengat. Ia meringis pelan. Mendadak ia penasaran apa yang terjadi padanya. Raewon pun pelan-pelan menoleh ke kanan. Lengan bajunya disobek sampai bahu, menampakkan kulit lengannya dengan jelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
[jjk] Love Disease ✔
FanfictionSomething about his past made him this different. His dark past, dark childhood changed everything. He hid behind his mask, playing nice and good for years. Until this girl came and ruined everything. At least, that was what Jungkook think. Status :...