Tuduhan

4.3K 693 124
                                    

Solbin datang dengan air mata bercucuran hebat.

Gadis itu nyaris pingsan berkali-kali. Kihyun tidak bisa hilang dari sisinya jika tidak ingin Solbin tergeletak di tanah.

"Yoongi.. Min Yoongi.." gumamnya terus menerus.

Kihyun yang membopongnya segera mendudukkan Solbin di kursi tunggu UGD. "Nona, tenanglah. Dia akan baik-baik saja."

Solbin tidak mendengarkan. Sapu tangan Kihyun yang ia pinjam telah basah karena air matanya. Ia tidak pernah merasa sesedih ini.

"Ta-tapi.. Yoongi.. Dia sedang sakit. Astaga.."

Kihyun menggigit bibir. "Aku tahu. Ini salahku yang tidak menjemputnya. Maafkan aku."

Solbin menarik napas dalam-dalam. "Apakah kau tahu penyebab kecelakaan itu?"

"Rem bus kota blong saat dia menyebrang. Dan..."

Solbin melirik Kihyun. "Dan?"

Lidah terjulur untuk membasahi bibirnya. Kihyun menatap Solbin dan lantai bergantian. "Tampaknya beliau tertabrak untuk menyelamatkan seseorang."

"Siapa?"

Pelan-pelan, Kihyun menggeleng. "Aku belum menggali sampai sana, Nona."

Mata Solbin menyipit.

Kihyun tidak pernah meninggalkan satu informasi pun dalam suatu insiden.

"Kau yakin?" Solbin menekan.

Kihyun mengangguk. "Akan kuberi tahu jika informasi itu sudah sampai padaku, Nona. Tenang saja."

Solbin menghela napas. Ia menyeka air matanya yang belum kering. "Sudah bicara dengan suster?"

"Sudah. Mereka bilang untuk menunggu."

Bola mata Solbin spontan berputar. "Maksudku, keadaannya. Ayolah, Kihyun. Ada apa denganmu hari ini?"

"Kau yakin ingin kuberitahu semuanya?"

"Setiap detilnya. Tolong."

Kihyun menggigit dinding mulutnya. "Tubuhnya hancur. Ada pendarahan di kepala dan organ dalam. Napas hilang. Vital lemah. Jika tidak diberi tindakan, ia akan mati. Sekarang, rumah sakit sedang mengerahkan seluruh dokternya untuk menyelamatkan. Tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda ia akan membaik. Jadi, yang bisa kita lakukan hanya menunggu."

"Astaga." Solbin menggenggam keningnya. "Yoongi sudah gila. Dia sangat gila."

"Tenang. Aku yakin beliau akan bangun."

Tiba-tiba, Solbin bangun dari duduknya. "Aku perlu tahu siapa orang yang membuat Yoongi seperti ini."

"Um, sepertinya kau tidak ingin tahu itu." Kihyun mendorong bahu Solbin hingga gadis itu duduk kembali.

"Apa maksudmu? Dia adalah orang yang harus tanggung jawab! Apa yang dia punya hingga Yoongi harus mengorbankan nyawanya, hah?!" Seulgi berteriak marah.

Kihyun, yang masih menahan bahu Solbin, mendesah keras. "Aku tidak melihatnya seperti itu, Nona. Kita telah menginterogasi pihak perusahaan bus dan Dinas Perhubungan. Mereka yang akan tanggung jawab."

"Tidak!" elak Solbin keras. "Siapa pun yang Yoongi selamatkan, dia juga harus bertanggung jawab!"

"Nona, tidak semudah itu." Cengkeraman Kihyun pada bahunya mengerat. "Seharusnya kita tidak ke sini. Ayo pulang."

"Tidak! Kihyun!" Solbin meronta ketika Kihyun menariknya. "Lepaskan aku!"

"Nona, diamlah. Orang-orang melihat," bisik Kihyun di telinganya.

[jjk] Love Disease ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang