Maaf

8.3K 1.3K 72
                                    

Joeseonghamnida. Keadaan Jungkook sedang sangat tidak baik. Dia masih belum sadar,... iya, semalam dia dilarikan ke rumah sakit. Jeongmal joeseonghamnida.” (Maafkan aku)

Raewon membungkuk berkali-kali meskipun ia sedang dalam telepon. Ia menggigit jarinya karena gugup.

“Iya, akan lebih baik jika dijadwal ulang. Nanti akan kukirim tanggal-tanggal yang kosong. Sekali lagi, joeseonghamnida.”

Dihembuskannya napas keras-keras saat teleponnya sudah terputus. Telinganya panas karena sebelumnya ia sudah menelepon dua orang berbeda: CEO agensi dan pihak manajemen. Kemudian barusan ia harus menghubungi perusahaan makanan yang akan membuat iklan dengan Jungkook pagi itu.

Raewon menyibakkan rambutnya ke belakang lalu melangkah masuk ke kamar rawat.

“Tidak ada tanda apapun?” tanya Raewon kepada Danhee yang duduk termangu di samping kanan ranjang pasien.

Danhee menggeleng. “Sepertinya dia hanya tertidur.”

Raewon memposisikan dirinya untuk berdiri di kiri ranjang. Ia memeriksa aliran cairan infus lalu membetulkan letak selang pernapasan untuk Jungkook. Napas lelaki itu masih pendek.

“Beritanya sudah tersebar di internet. Nama Jungkook menjadi trend nomor satu di situs pencarian,” komentar Danhee seraya menggulirkan layar ponselnya.

Raewon mendengus. “Memangnya dia seterkenal itu, ya?”

Fans-nya gila, kau tahu,” sahut Danhee tanpa melepas tatapannya dari ponsel.

Tangan Raewon bergerak merapikan poni Jungkook yang jatuh hingga matanya yang tertutup. Sudah dua kali Raewon melihat lelaki rupawan itu tertidur. Namun kali ini tidurnya Jeon Jungkook jauh berbeda dari yang sebelumnya. Bibirnya pucat dan Raewon dapat menangkap titik-titik keringat di pelipis Jungkook.

Dia sakit. Tetapi tidak ada yang tahu apa penyakitnya.

Ada sesuatu. Masih misteri mengapa Jungkook bisa pingsan di belakang rumahnya.

“Apakah Jungkook pernah seperti ini sebelumnya?” tanya Raewon kemudian.

Lagi-lagi Danhee menggeleng. “Jungkook adalah tipe orang yang sangat menjaga kesehatan. Ia meminum vitamin tiap hari dan berolahraga. Dia sangat sehat.”

Seora sudah mengatakan itu kemarin. Dan itu menjawab semuanya. Raewon hanya bisa mengangguk-angguk.

Tiba-tiba pintu kamar rawat terbuka. Raewon dan Danhee menoleh bersamaan. Ayah Raewon masuk dengan senyum kecil.

“Ayah, jadi Jungkook sakit apa?” tanya Raewon.

Ayahnya menghela napas panjang. “Dia hanya kelelahan.”

Raewon mengerutkan kening. “Tidak, Ayah. Ini bukan lelah. Kau tahu itu. It’s more than that. Dia pasti mengidap suatu penyakit.”

“Ayah dan dokter yang menangani Jungkook sudah sepakat bahwa ia hanya kelelahan. Dia hanya butuh tidur selama beberapa jam. Setelah siuman, Jungkook akan baik-baik saja.”

“Ayah,” Raewon menatap lurus Ayahnya yang tampak menghindari sorotan matanya. Danhee yang menyaksikan itu hanya diam seraya meneguk ludah. Ini pertama baginya melihat Raewon sedemikian serius.

“Dia nyaris tidak bernapas,” Raewon menunjuk ke arah Jungkook. “Itu lebih dari kelelahan,” katanya dengan penekanan.

“Ayah tahu kau pintar, nak. Tapi bukan itu kesimpulannya. Dia hanya kelelahan!” sentak sang Ayah.

Danhee perlahan-lahan berdiri dari duduknya. “Um, aku akan memberi waktu untuk kalian berdua,” katanya sebelum melangkah cepat keluar ruangan.

Raewon menghembuskan napasnya kasar seraya menyibakkan rambutnya. “Abeoji, soljikhi malhaebwayo.” (Ayah, katakan yang sejujurnya.)

[jjk] Love Disease ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang