"Mana tanganmu?"
Raewon yang masih menunduk memutar tubuhnya ke samping, menampakkan lengannya yang masih bengkak.
Ia dapat merasakan bagaimana tangannya disentuh dan diperiksa. Beberapa titik ditekan, membuatnya mengernyit pelan. Seberapa sakitnya lengan yang sudah mulai kempis itu, ia tidak boleh berteriak.
Tidak saat Ayahnya yang ada di sampingnya.
Ayahnya menghela napas berat. Ia melepas lengan putrinya setelah diperiksa.
"Sampai sembuh total, butuh berapa lama?" tanyanya.
"Satu minggu, katanya? Jika aku rutin diberi obat."
Lagi-lagi Ayah Raewon membuang napasnya keras. "Kupikir kau kesini untuk membantu Seora."
"Aku memang membantu Seora!"
"Tapi kau tidak pernah bilang bahwa Jeon Jungkook terlibat di dalamnya." Wajah Ayah Raewon mengeras. Si anak pun hanya bisa menunduk.
"Apa yang kubilang tentang bocah itu, hm? Dia selalu membawa bahaya. Orang-orang yang mengincarnya jadi mengincarmu juga."
Mendengar perkataan itu, Raewon sontak mendongak. "Ayah tahu darimana bahwa ada yang mengincar Jungkook?"
Ayahnya diam.
"Ayah, kau tahu sesuatu. Beri tahu aku." Raewon menggenggam lengan kemeja pria paruh baya tersebut.
Ayahnya menelan ludah. "Aku tidak tahu apapun. Jauhi saja bocah itu," katanya seraya memalingkan wajah.
"Siapa yang mengincar Jungkook? Siapa yang mengincarku? Apakah ada hubungannya dengan insiden hilang ingatanku saat umurku delapan?"
"MEREKA TIDAK ADA HUBUNGAN DENGANMU DAN KAU HILANG INGATAN KARENA KECELAKAAN!"
Raewon terperanjat. Ia mengerjap sekali. Ayahnya baru saja membentak.
"Harus berapa kali kubilang, hah? Jangan memancing masalah denganku. Sudah kubilang jangan mengungkit masalah amnesia. Kau sudah menjadi anakku semenjak lahir. Titik."
Ayahnya tidak pernah semarah itu padanya. Membentak pun tidak pernah sekeras tadi. Sejujurnya, Raewon tidak pernah tahu mengapa Ayahnya sangat sensitif jika ia mengungkit masalah 17 tahun lalu.
"Aku tidak meragukan aku anak Ayah atau bukan. Bagaimana bisa Ayah katakan itu?"
Ayahnya mencoba tenang. Wajahnya merah padam karena amarah. Beliau pun mengusap kepalanya gusar.
"Jauhi saja lelaki itu. Ayah mohon."
***
Seora mengusap jembatan hidungnya. Hari ini adalah salah satu harinya yang paling buruk. Padahal belum satu bulan rencananya berjalan, CEO Kim sudah menyuruhnya untuk kembali kepada Jungkook.
Selain karena Raewon yang masuk rumah sakit lagi, CEO Kim sudah mengetahui alasan kekanakannya mundur dari Jungkook. Dan hal itu membuat atasannya marah besar.
Dan disinilah Seora, duduk tanpa semangat dengan iPad di tangan, memantau Jungkook yang tengah dirias oleh Danhee. Dua menit lagi Jungkook akan mulai syuting drama akhir pekannya. Menurut apa yang sudah ia baca dari naskah, drama itu sedang menuju klimaks.
"Hey."
Lamunannya diinterupsi, Seora menoleh.
Itu Park Jimin, lawan main Jungkook di drama ini.
Lelaki itu tersenyum manis padanya. Setelan jas hitam yang menjadi kostum perannya melekat sempurna pada tubuh mapannya. Sungguh menarik perhatian.

KAMU SEDANG MEMBACA
[jjk] Love Disease ✔
Fiksi PenggemarSomething about his past made him this different. His dark past, dark childhood changed everything. He hid behind his mask, playing nice and good for years. Until this girl came and ruined everything. At least, that was what Jungkook think. Status :...