Penutup : Kook

2.3K 454 48
                                    

Pagi itu, Jungkook benar-benar datang bersama Raewon. Jimin sedang mencoba pakaian pengantinnya, sementara Seora sedang berada di bilik yang berbeda, tengah dipakaikan gaun pernikahannya.

"Apakah Raewon tahu tentang ini?" bisik Jimin ketika Jungkook datang untuk berjabat tangan dengannya.

Jungkook menggeleng sebagai jawaban. "Aku hanya katakan padanya untuk membantu persiapan kalian. Raewon sudah kukirim ke dalam." dagunya yang lancip menunjuk ke dalam bilik di mana Seora berada.

"Sekarang, di mana ponsel Seora?" Jungkook menarik Jimin untuk duduk.

Jimin pun merogoh sakunya dan mengeluarkan benda pipih berwarna rose gold, ponsel milik Seora. "Aku sudah mengamankannya. Aku takut, Jungkook."

"Hei, tenang." Jungkook memberikan usapan penenang di punggung Jimin. Wajah pria tersebut tampak sangat panik sampai-sampai Jungkook ingin menertawakannya. Namun, keadaan sedang sangat serius sehingga Jungkook memilih untuk menggigit kembali tawanya.

"Seora tidak akan mati, kau tidak akan mati, dan aku pun tidak akan mati. Tidak akan ada yang mati, sekarang ataupun nanti." Jungkook mengulum senyum. "Aku akan mengurus ini."

Jimin menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Kook, apa yang harus kulakukan untuk membalasmu?" tanyanya ketika Jungkook berdiri. Pria bermarga Jeon tersebut menjejalkan ponsel Seora ke dalam saku celananya tanpa ragu.

"Hm, kau membuatku berpikir." Jungkook menggenggam dagunya sendiri. "Bagaimana dengan kau melakukan kerja bagus sebagai suami Seora? Aku akan sangat bahagia."

Jimin sudah bisa tersenyum sekarang. "Aku akan mentraktirmu makan."

"Ide bagus. Aku berpikir tentang double date." Jungkook melebarkan senyumnya. Ia menepuk punggung Jimin.

"Setuju." Jimin membalas tepukan Jungkook di punggung tegapnya. "Kau akan baik-baik saja?"

Jungkook berjalan menuju pintu keluar. Kepalanya mengangguk mantap. "Aku tidak akan terlalu jauh dari sini. Di luar sudah ada temanku yang akan mengurus ini semua. Jangan khawatir. Fokus pada persiapanmu, oke?"

Jimin melepas Jungkook di pintu depan dengan senyum samar. "Hati-hati!"

Jungkook mengacungkan jempolnya sebelum melompat ke dalam satu mobil van.

"Aku dapat ponselnya." Jungkook melempar ponsel Seora pada seorang berambut biru dengan ikat kepala menutupi dahinya. Kacamata menggantung di hidung mancungnya.

"Lama," gerutu pria tersebut sebelum membuat balon dengan permen karet di mulutnya.

"Oh, ayolah. Aku membayarmu. Lakukan saja pekerjaanmu dengan benar, Kim Taehyung-ssi."

Kim Taehyung, ia dipanggil. Pria tersebut menyimpan ponsel Seora di atas sebuah mesin pendeteksi yang duduk manis di dekat komputernya.

Setelah beberapa kali terdengar bunyi bip, Taehyung mengangguk. "Aku tidak tahu siapa orang ini, tetapi aku tahu dia adalah seorang jenius. Benda ini benar-benar akan meledak!" ucapnya girang.

"Aku percaya sekarang bukan waktunya untuk bahagia. Kau bisa mematikannya, kan?"

Taehyung tidak segera menjawab. Ia meniup permen karetnya sejenak setelah senyumnya hilang. "Seperti yang kubilang. Orang yang memasang ini sangatlah jenius. Pernahkah kau berpikir untuk memasang bom secara online?"

Jungkook mendecak. Duduknya mendadak tidak tenang. Kim Taehyung ini terlalu banyak bermain. "Jadi kau bisa mematikannya atau tidak?"

"Aku akan mencoba," jawab Taehyung sebelum kembali meletuskan balon permen karetnya.

[jjk] Love Disease ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang