Tumbal

8.5K 1.2K 97
                                    

"Wae? Wae? Wae?" (Kenapa?)

Kening Raewon mengerut saat dirinya diseret keluar kamar rawat. Sementara Danhee menatapnya serius.

"Bagaimana bisa kau membawa mereka kepada Jungkook?" tanya Danhee kesal.

Raewon memiringkan kepalanya. "Aku tidak paham. Mereka orang tuanya. Sudah sepatutnya mereka dipertemukan, bukan?"

"Bukan!" sentak Danhee. Kemudian perempuan itu menghembuskan napasnya dengan kasar. Dipijitnya kening karena kepalanya yang tiba-tiba pusing.

"Sudah kubilang bahwa Jungkook selalu menghindari keluarganya. Membicarakannya saja tidak mau, apalagi bertemu!"

"Memangnya kenapa?" Raewon bertanya.

"Tidak ada yang tahu!" Danhee yang sudah terlanjur kesal malah berteriak. Hal itu membuat Raewon terperanjat.

"Oke, begini." Danhee menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.

"Jungkook datang ke perusahaan ini di umur lima belas. Dia tidak pernah mau membahas atau membawa orang tuanya kesini. Tentu saja, perusahaan tidak bisa mendebutkan anak di bawah umur tanpa persetujuan orang tuanya. Tapi Jungkook berusaha keras untuk debut dan meyakinkan semua orang bahwa dia bisa melakukan semuanya sendirian. And he did it. Dia debut. Sampai suatu ketika, orang tuanya sendirilah yang datang. Itu sekitar lima tahun yang lalu. Saat itu pula, Jungkook hampir menghancurkan ruang meeting."

Raewon terdiam mendengar penuturan Danhee. Sampai begitu kah? Sungguh, sebenarnya ada apa dengan lelaki itu? Mengapa hidupnya penuh misteri dan masalah?

"Pergi!"

Danhee dan Raewon terperanjat. Keduanya menoleh ke kamar rawat Jungkook, sumber dari teriakan tersebut.

Kemudian suara tangisan wanita terdengar jelas dari balik pintu. Nama Jungkook diteriaki berkali-kali. Kemudian pintu terbuka, menampakkan Ayah Jungkook tengah menyeret Ibunya yang kerap menangis sambil menjeritkan nama Jungkook.

Danhee dan Raewon menatap penuh kejut pasangan tersebut. Tak terkecuali perawat dan pasien lain di sekitar mereka. Ibu Jungkook terus berteriak sementara sang Ayah berusaha menariknya pergi.

Saat maniknya bertemu dengan Ayah Jungkook, lelaki paruh baya itu membungkuk kecil sambil menggumamkan kata maaf dan terima kasih. Dengan kikuk, Raewon dan Danhee balas membungkuk.

Ayah Jungkook menuntun istrinya yang masih menangis menuju lift. Ucapan maafnya tidak berhenti hingga keduanya menghilang di balik pintu lift.

"Kau lihat? Jungkook membuat keributan lagi," ujar Danhee saat sudah bisa menghela napas lega.

Sementara Raewon masih syok. Di kepalanya bermunculan banyak pertanyaan. Mengapa Jungkook memperlakukan orangtuanya seperti itu? Apa alasan di balik semua kekejamannya? Apakah ada hubungannya dengan penyakit yang dia punya?

Semakin lama Raewon berkecimpung dalam istana pikirannya, amarah yang awalnya terkubur tiba-tiba bangkit. Jika dipikir kembali, Jeon Jungkook itu sungguh keterlaluan. Bagaimana bisa ia memperlakukan orangtuanya seperti yang tidak butuh? Tidakkah ia sadar bahwa dia lahir karena orang tuanya?

"Halo? Raewon? Kau kenapa?"

Raewon berkedip saat Danhee menjetikkan jarinya tepat di depan jembatan hidungnya. Kemudian hembusan napas keras keluar dari hidungnya.

"Aku marah, Eonni," katanya pelan.

Danhee mengerutkan keningnya. "Marah? Kenapa? Pada siapa?"

Kemudian Raewon mengumpat pelan. "Aku marah kepada orang yang berani membuat orangtuanya sendiri menangis," katanya seraya menatap Danhee, lurus ke dalam matanya.

[jjk] Love Disease ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang