Menang

5.3K 714 49
                                    

"Jimin-ah. Kau tahu apa yang harus dilakukan di pengadilan."

Jimin bergumam mengiyakan. Tangannya yang bebas dari ponsel memainkan sebuah pisau lipat.

"Kali ini jangan ragu atau apapun. Jika pengadilan bermain tidak sesuai dengan keinginan kita, hapus semua orang yang bermasalah. Termasuk Yoongi. Mengerti?"

"Ya, Hyung. Aku mengerti dengan jelas." Jimin bicara.

"Oke. Kututup."

"Hm."

Jimin melempar ponselnya ke ranjang. Rambutnya masih basah setelah mandi. Ia mengeratkan ikatannya pada jubah mandi yang dipakainya. Kakinya pun melangkah ke cermin.

Helaan napas keluar dari mulutnya. Sebelah tangan menyibakkan rambut pirangnya ke belakang. Melihat akar rambutnya yang berwarna hitam, Jimin sempat berpikir untuk mengganti warna rambut. Tetapi ia tahu agensinya tidak akan menyukai itu. Tidak ketika drama akhir pekannya masih berlanjut.

"Suka apa yang kau lihat di cermin?"

Jimin sontak menoleh. Ada Seora di mulut pintu kamarnya. Gadis itu baru pulang dari kantor. Pakaian kerja dan tas kecil di bahu masih dikenakannya. Seora tersenyum dengan tangan terlipat.

"Kau tahu aku tampan." Jimin mengangkat bahu tanpa beban. Kakinya sudah melangkah mendekat untuk merengkuh gadisnya dan memberi kecupan ringan di pipi.

"Aku lengket. Jangan mendekat." Seora mendorong kepala Jimin yang hendak menciumnya lagi.

Pria tersebut menggeleng tidak sepakat. "Aku tidak suka ketika harus pulang tanpamu. Menghabiskan waktu sendirian itu menyebalkan." Bibirnya mengerucut ke depan, mengundang tawa Seora.

"Salahkan bosmu yang memutuskan untuk mengadakan rapat besar. Sebetulnya aku sendiri tidak begitu memerhatikan. Tapi aku mengerti intinya."

Tangan Jimin mengukung Seora di hadapannya. Gadis itu sebetulnya menyukai bagaimana tangan Jimin menyentuh pinggul dan punggungnya secara protektif. Tetapi Seora baru saja pulang dan ia tidak ingin menggagalkan Jimin yang sudah bersih.

"Aku harus mandi, Sayang. Nanti kau bisa mencium dan memelukku sepuasnya saat aku bersih." Seora menyingkirkan tangan Jimin dari tubuhnya, menyebabkan Jimin merenggut.

"Aku tidak masalah," katanya beralasan. Wajahnya sudah maju lagi.

"Tidak." Seora menggenggam wajah Jimin dengan satu tangan hingga mulutnya mengerucut. "Kau akan menciumku nanti."

Jimin merasakan bibir bawahnya diusap pelan sebelum Seora berhasil melepaskan diri darinya. Hatinya bergejolak, tentu. Seora melarangnya untuk mencium, tetapi apa yang Seora lakukan benar-benar menggodanya.

"Aku tidak masalah jika mandi dua kali." Jimin mengekor Seora ke kamar mandi. Pelan-pelan tangannya melepas simpul pada jubah mandinya.

Terdengar Seora mendecak. "Aku tidak ingin melakukan apapun malam ini, Park Jimin. Aku lelah."

Jimin merengek tidak suka. Ia pun bersandar pada cermin yang tinggi dan matanya tidak bisa lepas dari Seora yang tengah membuka stocking hitam dari kaki kecilnya.

Apakah Jimin berpikir bahwa Seora seksi di matanya? Tentu saja.

"Sayang, aku sulit menolak pesonamu." Jimin mengaku.

Seora tidak bisa menahan tawanya. "Aku tidak melakukan apapun!"

"Membuka stocking di hadapanku? Ya, kau melakukan sesuatu."

Seora memutar bola matanya. "Kau berlebihan."

Tidak sanggup menahan birahinya, Jimin menghampiri Seora dan memeluk pinggangnya dari belakang. Wajahnya ia benamkan di ceruk leher gadis itu.

[jjk] Love Disease ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang