Let Go

6.1K 787 139
                                    

“Kau pikir aku lemah, huh?”

Jungkook mendengus. “Tentu saja. Tubuhku lebih besar, lebih tinggi. Kau tidak mungkin menang.”

“Wah, jinjja.” Jimin menyibakkan rambutnya ke belakang. “Hei, Bocah. Jangan meremehkanku! Aku bisa mengalahkanmu!”

“Cih. Coba saja!” Jungkook menggulung lengan baju pasiennya. Ia gunakan tangannya yang tidak diinfus.

Geurae! Haeboja!” Jimin duduk di ranjang. Sikunya diletakkan di meja makan pasien, menjadi satu-satunya benda yang menjadi perantaranya dengan Jungkook. (Baiklah! Ayo kita coba!)

“Ha! Tanganmu saja sekecil bocah,” ejek Jungkook ketika tangannya menggengam Jimin.

Ya! Joyonghi hae! Kita lihat siapa yang kuat!” Jimin memukul kepala Jungkook dengan tangannya yang bebas. Maniknya menatap lelaki di hadapannya dengan tajam. (Diam!)

“Kau pasti kalah.” Jungkook menatap Jimin tak kalah tajam.

“Oke,” Jimin mengeratkan genggamannya pada Jungkook. Sebenarnya sulit. Itu karena tangannya memang lebih kecil. Tetapi Jimin tidak akan kalah.

“Satu, dua, tiga!”

Rahang keduanya sontak mengeras. Dua tangan di meja saling beradu kekuatan. Urat-urat pada lengan kokoh mereka bermunculan. Keduanya mengerahkan segala kekuatan yang mereka miliki untuk menang. Bagi Jimin, permainan ini bukan soal menang atau kalah, tetapi harga dirinya.

Jungkook nampak santai, tetapi Jimin cepat memerah wajahnya.

“Menyerahlah. Aku bahkan belum memakai seluruh kekuatanku.” Jungkook berkata dengan senyum mengejek.

“Diam, Bocah. Aku pasti menang.”

Jimin tidak bercanda sama sekali. Urat di leharnya mulai terlihat; wajahnya merah padam. Ia benar-benar berusaha dengan sekuat tenaga. Bagaimana pun, Jimin bersumpah tidak akan kalah terhadap Jungkook yang arogan.

Akan tetapi, tangan Jungkook sama sekali tidak bergerak. Tangan itu tetap di tempat, sekeras apapun Jimin coba untuk mendorongnya. Sementara kekuatan Jimin hampir habis.

“Oke, sekarang aku coba pakai kekuatan, ya.” Jungkook memainkan nada bicaranya, jelas-jelas memaki Jimin.

Manik Jimin membulat ketika Jungkook mulai mendorong tangannya. Ia menggigit bibir kuat-kuat, tidak membiarkan Jungkook mengalahkannya dengan mudah.

“Kau takut, huh?”

Jungkook menghentikan tangannya. Jimin setengah jalan menuju kekalahan. Pria tersebut kerap berusaha, tetapi tangan Jungkook seolah terbuat dari baja.

“Aku.. tidak.. Ugh, takut!”

Jungkook tertawa terbahak-bahak menikmati pemandangan penderitaan Park Jimin di hadapannya. Pria tersebut berusaha hingga berganti-ganti posisi duduk, bahkan memukul meja berkali-kali. Jimin sama sekali tidak menerima kenyataan bahwa kekuatan Jungkook memang luar biasa.

Tiba-tiba, pintu terbuka. Jungkook menoleh.

Hyung! Bagaimana pemakaman?” tanyanya ceria. Sementara Kim Joonmyun menutup pintu di belakangnya.

Bugh!

“Yeah!” Jimin berteriak bahagia. Ia melompat dari ranjang untuk merayakan kegembiraannya.

“Hei! Kau curang!” Jungkook memprotes dengan keras. Tangannya jatuh ke meja lebih dulu karena Jimin. Sang pemenang adu panco sudah menari-nari di atas kebahagiaannya.

[jjk] Love Disease ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang