Api

7.6K 1.2K 74
                                    

“Suster! Dokter! Siapapun!”

Raewon berlari keluar kamar rawat dengan panik. Ia menghampiri meja perawat di dekat sana dengan hebohnya.

“Tolong, itu, Jungkook, dia.. dia..”

Ada dua orang perawat yang berjaga disana. Keduanya menatap Raewon kebingungan.

“Ada apa?” tanya salah seorang perawat.

Raewon terlalu panik hingga mulutnya tidak bisa menyusun kata dengan baik. “Itu.. Jungkook.. ada busa.. Aish!”

Tiba-tiba Raewon menyelinap masuk ke dalam wilayah khusus perawat dan menyerbu rak berisi obat-obatan disana. Tangannya bergerak menyusuri tiap sudut rak, mencari sesuatu.

“Kang Raewon-ssi! Anda tidak boleh melakukan ini!”

Kedua perawat tersebut berusaha menyeret Raewon keluar dari sana. Tapi Raewon masih berusaha mencari obat yang dimaksud. Hingga ia menemukannya di rak paling bawah.

Ia mengambil sebuah alat suntik untuk memasukkan obat tadi. Barulah ia kembali ke kamar rawat Jungkook.

Jungkook masih bergemetar dengan kedua bola matanya naik ke atas. Terdengar bunyi tercekat dari tenggorokannya. Raewon langsung saja menyuntik Jungkook tepat di lengannya. Ia tekan ujung alat suntik agar obat di dalamnya bisa masuk ke tubuh lelaki itu.

Jungkook pun berhenti bergerak. Kelopak matanya bergerak menutup. Ia pingsan.

Raewon menghela napas panjang. Disibakkannya rambut ke belakang. Dadanya bergerak naik turun. Napasnya masih belum teratur. Rasa panik itu masih menggelayuti hatinya.

Setelah menaruh jarum suntik di meja, Raewon meraih selembar tisu untuk membersihkan mulut Jungkook dan sekitar lehernya yang penuh busa liur dan peluh.

Setidaknya, keadaan Jungkook bisa tenang untuk sementara.

“Siapa perawat tadi yang memberinya obat suntik?” tanya Raewon saat dirinya sudah menghadap kedua perawat yang tengah berjaga. Kedua tangannya melipat di depan dada.

Namun, Raewon tidak segera mendapat jawaban. Kedua perawat tersebut mengerutkan kening, kemudian berpandangan satu sama lain.

"Ada apa dengan tatapan itu?” Raewon kembali bertanya.

“Anu..” salah satu membuka mulut. Alis Raewon terangkat sebagai respon.

“Jungkook tidak ada obat suntik untuk malam ini. Di antara kami tidak ada yang masuk kesana sejak sore.”

Hah?

Manik Raewon sontak melebar. “Jadi, maksudmu, malam ini Jungkook tidak ada jadwal diberi obat? Sama sekali?”

Kedua perawat di depannya mengangguk. “Obat terakhir adalah tadi sore. Itu pun tablet biasa, bukan suntikan,” salah satu di antara mereka berucap.

Ya. Raewon ingat obat sore itu. Sulit sekali membuat Jungkook menenggak obat sekecil itu sampai-sampai Raewon sendiri yang harus memasukkannya ke dalam mulut lelaki itu. Raewon ingat betul.

Dan ia katakan Jungkook tidak ada obat malam? Lalu, tadi itu apa?

“Sungguh, seorang perawat masuk dan memberi Jungkook obat suntik.” Raewon bersikeras. Ia yakin sekali itu bukan halusinasinya.

“Itu bukan kami. Sedari tadi kami duduk disini,” sahut seorang perawat.

“Lalu tadi siapa?”

Tidak ada yang menjawab. Keduanya memberi tatapan bingung untuk Raewon.

“Kami pun tidak tahu,” jawab mereka.

[jjk] Love Disease ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang