Kejadian bersama Erlang terus menerus terngiang-ngiang di pikiran Reina. Ia seharian hanya tersenyum-senyum sendiri, hingga membuat ayahnya dan Erika kebingungan. Setelah berjuang untuk bisa tertidur, akhirnya hari ini ia kembali bersekolah.Bersama dengan Erika, ia melangkahkan kakinya memasuki kelas.
"Akhirnya sekolah lagi..." Ucap keduanya serempak.
Kemudian mereka menaruh tasnya di bangku masing-masing. Terlihat oleh Reina, sosok yang dinantinya belum hadir. 'Bangku itu masih kosong' pikirnya.
Saat itu Reina dan Erika sedang dirubungi anak-anak yang kepo karena ketidakhadiran mereka berdua kemarin.
"Woiiii udah napa nanyainya. Berasa artis deh gue sama Reina!" Ucap Erika yang mulai jengah dengan teman-temannya.
"Artis gak ada yang seaneh lo!" Semprot seseorang.
"Wah ngajak ribut!"
"Hehe peace Erika..." kemudian gerombolan itu kabur dari tempat Erika dan Reina.
Reina sedari tadi hanya terdiam memandangi bangku yang masih kosong itu.
Tik tok tik tok... jam tanganya berbunyi terus menandakan waktu terus berjalan. Dipandanginya pintu yang tertutup tersebut.
Pintu itu tiba-tiba terbuka.
Wajah yang ceria melihat pintu terbuka, menjadi muram kembali ketika mengetahui yang masuk bukanlah orang yang ia nanti, melainkan seorang murid lainnya.
"Lo kenapa sih, Rei?" Erika yang sedari tadi jengah melihat sahabatnya, kini berani angkat bicara.
"Gapapa!" Sahut Reina singkat.
"Ooo... ok. Gue mau ke kantin nih, ikut gak?"
"Gak deh, lagi males."
"Yaudah duluan ya. Ntar gue bawain cemilan, byeeee!"
"Bye!".
Reina menghela napasnya halus. Menunggu membuatnya merasa ngantuk. Ia memasang headset ditelinganya, kemudian membaringkan kepalanya menghadap ke kanan diatas meja. Tak lama lagu tidur membawanya ke alam mimpi.
Ia tertidur dengan nyenyak...→→→→→→→→→→
Reina yang sedang tertidur tiba-tiba terbangun karena merasa hidungnya ditekan-tekan seseorang.
"Erika, gue mau tidur jangan ganggu. Gue capek nungguin Erlang mulu, bikin ngantuk!" Racau Reina sambil menepis tangan tersebut.
"Nungguin Erlang kenapa?" Bukannya suara merdu Erika yang terdengar, tetapi malah suara berat yang didengarnya. Sontak hal itu membuat Reina langsung membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika mengetahui orang yang mengganggunya adalah Erlang.
Erlang yang saat ini sedang membaringkan kepalanya menghadap Reina diatas meja. Meja Erika dipepetkan ke meja Reina, sehingga ia berada tepat di sebelah Reina. Senyumnya mengembang ketika mengetahui Reina telah terbangun.Reina yang kaget, buru-buru ingin bangkit. Tetapi kepalanya ditahan oleh Erlang.
"Tidur aja dulu, kalau baru bangun tuh jangan langsung naikin kepala ntar pusing!" Ujar Erlang sambil mengelus kepala Reina. Hal itu membuat Reina mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Ngapain nungguin gue, hah?" Tanya Erlang dengan menaik turunkan alisnya.
"Gak. Tadi....ee...itu...apa..Erika nyuruh aku nunggu kamu, soalnya dia pingin ngomong. Terus aku ngantuk, ketiduran deh." Reina menjawab dengan gugup.
Erlang hanya ber-oh ria.
Tangannya masih menahan kepala Reina. Reina yang tak kuat memandangi mata Erlang, kini hanya memejamkan matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MINGGU
Ficção AdolescenteKetika tinggal aku sendiri yang mengharapkanmu. Di hari MINGGU kita. ●○● Hancur. Hanya itu mungkin saat ini yang bisa dideskripsikan dari seorang Aku. Mungkin aku adalah orang paling menderita di dunia ini. Yaa... menderita. Tapi semua berubah saat...