"Bi... Reina di rumah ya?" Tanya Reina pada Bi Ijah, saat ia sudah sadar."Iya, Non. Tadi teman cowok Non yang nganter! Dia panik banget tadi pas Non koyok ngono. Itu siapa to? Pacar ya....." Ujar Bi Ijah dengan logat medoknya yang membuat Reina tersenyum.
"Bukan pacar, Bi. Cuma temen!" Ujar Reina yang disambut anggukan Bi Ijah.
"Mmm...Yaudah dimakan dulu yo soup nya, bibi tak keluar sek." Bi Ijah akhirnya keluar dari kamar Reina.
Sepeninggalnya Bi Ijah, Reina hanya senyum-senyum sendiri mengingat semua kejadian tadi.
"Gue harus bilang thanks ke Erlang..." guman Reina dengan langsung mengambil HP di nakas sebelah kasurnya.
From: Reina
To: ErlangThanks...
Reina tersenyum setelah mengirim pesan singkat itu.
Tak lama ada sebuah balasan...
Feom: Erlang
To: ReinaIya... GWS ya...
Senyum Reina lagi-lagi merekah.
"Udah ah mau tidur, sampe pagi. Biar mimpiin Erlang lebih panjang." Reina memejamkan matanya dan tertidur dengan nyenyak, layaknya Snow White yang tertidur.
→→→→→→→→→→
"Papa...!" Panggil Reina pada ayahnya, saat ia sampai di meja makan. Ia baru bertemu papanya saat ini, karena kemarin ia benar tertidur sampai pagi. Ayahnya yang mengetahui kejadian apa yang tertimpa pada anaknya, tak membangunkan anaknya.
"Hai Rei, sini sarapan dulu. Kamu dari kemarin gak makan lho! Ntar kayak triplek badannya!" Sontak perkataan ayahnya membuat Reina kesal.
"Papa ish... suasana udah enak juga, malah dirusak!" Timpal Reina.
"Hehe sorry deh. Ya udah makan cepet!" Ayah menyodorkan sepotong roti isi kepada anak perempuannya itu.
"Lumayan... siapa yang buat, Pa?" Tanya Reina kepada ayahnya.
"Siapa lagi emangnya, kalo bukan... bi Ijah"
"Hmmm... aku kira papa" Reina mencebikkan mulutnya sekilas.
Setelahnya, sarapan kali ini, mereka lewati seperti biasa. Dengan sedikit banyolan-banyolan jayus ayahnya. Walau tanpa kehadiran seorang ibu, tetapi suasana kekeluargaan masih terasa disana.
→→→→→→→→→→
"Reiii!!!" Teriak Erika saat mendapati Reina turun dari mobil bersama ayahnya.
"Haiii!" Reina melambaikan tangannya.
"Eh ada Erika. Apa kabar? Kok dah jarang nginep rumah?" Tanya ayah gamblang.
"Hehe iya pa... biasa jadwal shooting padet banget!" Erika memasang wajah sok artisnya. Erika memang sangat dekat dengan ayah Reina. Bahkan sudah dianggap anak sendiri, sampai-sampai Erika memanggilnya dengan sebutan papa. Reina hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah konyol Erika. Anak itu selalu saja sok kenal dan sok dekat kepada setiap orang. Tapi Reina merasa beruntung, setidaknya dia masih memiliki ayahnya dan Erika, walau beberapa orang telah meninggalkannya.
"Hahaha! Boleh dong minta tanda tangannya kalo gitu" Ucap ayah jenaka.
"Boleh banget. Nanti Erika kirim 1 truck, Pa!" Balas Erika konyol.
"Udah ya pa! Rei sama Erika masuk dulu" Pamit Reina pada ayahnya.
"Ok. Bye honey, bye Erika!" Ucap ayah sambil melambaikan tangannya sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINGGU
Teen FictionKetika tinggal aku sendiri yang mengharapkanmu. Di hari MINGGU kita. ●○● Hancur. Hanya itu mungkin saat ini yang bisa dideskripsikan dari seorang Aku. Mungkin aku adalah orang paling menderita di dunia ini. Yaa... menderita. Tapi semua berubah saat...