Erlang bingung. Resah. Tak tahu harus berbuat apa. Pikirannya masih terbayang-bayang akan kejadian tadi.
Saat ia mengantar Erika ke UKS. Disana tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya, Erika dan beberapa murid.
Murid-murid yang tadi ikut membantu, akhirnya keluar meninggalkan Erika dan Erlang sendiri.
Sibuk, Erlang mengobati kaki Erika yang terluka. Keduanya sama-sama terdiam.
"Aww..." rintih Erika kesakitan.
"Sakit ya? Tahan bentar ok. Agak sakit emang, tapi bakal cepet sembuh kok." Erlang mencoba menenangkan.
Lagi, keduanya terdiam. Terasa sangat aneh, karena Erika yang biasanya banyak bicara, kini hanya diam tanpa sebab.
Hingga tanpa diharapkan, lampu UKS padam. Erika menjerit ketakutan.
"Aaaa!!! Gue takut. Gue phobia, Lang." Erika memeluk tubuhnya sendiri.
Erlang menatap Erika dengan tidak percaya, tidak terlalu jelas, tapi terlihat samar wajah Erika yang ketakutan.
'Dia juga takut gelap,' batin Erlang.
Tidak perlu dijelaskan lagi, "dia" yang Erlang maksud siapa.
'Dan biasanya, saat phobianya kambuh, gue bakal meluk dia erat.' Erlang membatin kembali.
Entah setan darimana, Erlang mendekat kepada Erika. Dengan sekali gerak, tangannya sukses melingkari pundak Erika.
"Gak usah takut. Gue disini." Entah pikiran darimana yang membuatnya bertindak seperti itu. Kata-kata barusan, terlontar dengan spontan dari bibir Erlang.
Nyaman. Tentu saja Erika merasa nyaman.
Dengan bodohnya, Erlang justru mempererat pelukannya pada Erika. Hingga ia tidak menyadari, seseorang sedang menatapnya dengan kecewa.
Kepalanya yang semula berada di belakang kepala Erika, menoleh ke depan.
Kaget. Sangat kaget. Ia melihat gadisnya yang sedang berdiri tidak jauh di depannya, sedang menatapnya nanar dengan mata yang mulai berlinang air mata.
"Reina." Dengan spontan Erlang melepaskan pelukannya dari Erika. Mendengar nama Reina disebut, buru-buru Erika menoleh. Ia pun tak kalah kagetnya dengan Erlang.
"Aku kesini cuma mau lihat kondisi Erika. Gak usah berpikir a...ku cemburu. Aku...aku tau kok Erika phobia, dan yang kamu lakuin itu bener." Reina berusaha menutupi kecemburuannya dengan senyum.
Erlang merasa sakit saat melihat Reina yang seperti itu. Astaga, dia cuma bersandiwara. Reina bersandiwara. Reina nya tersakiti, dan ia masih bisa berusaha menutupinya.
"Sial!" Umpat Erlang kesal. Kedua tangannya mengacak pelan rambut lebatnya.
***
Reina merasa baik. Tapi tidak dengan hatinya. Hatinya saat ini merasa sakit, entah kenapa. Rasanya sangat sesak mengingat kejadian tadi. Pelukan itu sangat mesra. Dilihatnya pelukan Erlang untuk Erika yang tulus.
"Apa sih Rei? Lo gak seharusnya kayak gini," Reina mencoba menenangkan dirinya.
"Tapi gue punya firasat gak baik. Hal buruk pasti bakal terjadi." Simpul Reina sedih.
![](https://img.wattpad.com/cover/60526563-288-k816694.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MINGGU
JugendliteraturKetika tinggal aku sendiri yang mengharapkanmu. Di hari MINGGU kita. ●○● Hancur. Hanya itu mungkin saat ini yang bisa dideskripsikan dari seorang Aku. Mungkin aku adalah orang paling menderita di dunia ini. Yaa... menderita. Tapi semua berubah saat...