"Lo tau? Cinta gak semenyerah itu."
***
2 minggu kemudian
Hamburg, Jerman, 18.00 pm
Clek!
Pintu berwarna putih tulang, dengan tinggi sekitar 2 meter itu terbuka, bersamaan dengan seorang pria yang muncul dari balik pintu.
Wajah pria itu kusut, tidak segar seperti biasanya. Badannya yang bugar dan cukup kekar, kini terlihat lebih kurus. Kantung matanya terlihat jelas.
Pria itu mendesah lelah. Ia menempati dirinya di bench abu-abu, depan ruangan yang tadi dimasukinya.
Ia memikirkan perkataan dokter tadi. "Infark miokard kamu ini sudah parah Erlang. Seharusnya daridulu kamu berobat."
"Terus saya harus gimana, Dok?" tanya Erlang bingung.
"Ya kita lakuin pengobatan. Tahap EKG sudah dilakukan. Sekarang ini, tahap laboratorium. Disini kita akan melakukan peningkatan pada kadar enzim kreatinin kinase. Disini juga nanti kita akan melihat apakah ada neokrosis atau tidak pada miokardmu," jelas dokter panjang lebar.
"Tapi, saya bingung satu hal, Dok. Setau saya, penyakit ini hanya bisa kena ke orang tua saja. Saya masih muda, terus kenapa saya terkena penyakit ini?"
"Pola hidupmu tidak baik anak muda. Kamu perokok yang gila. Dari SMP kamu sudah merokok setiap hari, bahkan setiap jam dan menit. Belum lagi kamu itu banyak pikiran. Jadi stres." Erlang mengangguk paham. "Saya akan berusaha sebaik mungkin agar kamu sembuh. Untuk saat ini, minum semua obat yang saya beri. Istirahat yang cukup, jangan stres." Erlang mengangguk lagi.
"Apa ada orang yang meninggal karena penyakit ini?" Tanyanya pada si Dokter.
"Ada. Banyak bahkan. Setau saya. masyarakat di Negara asalmu, 30% dari orang-orang yang terkena khasus ini, mereka harus menemui ajalnya." Erlang mamatung.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINGGU
Teen FictionKetika tinggal aku sendiri yang mengharapkanmu. Di hari MINGGU kita. ●○● Hancur. Hanya itu mungkin saat ini yang bisa dideskripsikan dari seorang Aku. Mungkin aku adalah orang paling menderita di dunia ini. Yaa... menderita. Tapi semua berubah saat...