14. Angga, Ada Apa dengan Dia?

772 57 12
                                    

Hari ini sekolah sudah berjalan seperti biasa. Pelajaran sudah dimulai.

Kini di depan sana terlihat Pak Abum sedang menulis sesuatu di papan tulis.

"Anak-anak. Bapak males belajar! Jamkos aja yuk?" Ucap guru berbadan tambun itu tanpa dosa.
Pak Abum adalah guru sejarah yang paling gokil di SMA ini. Dia sering meminta murid-muridnya agar memberinya istirahat. Tapi, tetap saja dia pandai dalam mengajar. Tidak ada nilai merah untuk murid-muridnya, hal itu sebenarnya dikarenakan Pak Abum yang suka memberikan bocoran ataupun katrolan nilai. Hah... guru itu...

"Yuhuuuu!!! Gapapa pak. Jamkos aja, nonton film gitu pak di LCD!" Ucap seorang murid pria kegirangan. Orang itu adalah Erlang.

"Iya pak! Iya!!!" Sahut seisi kelas dengan semangat.

"Ok! Ok! Bisa diatur!" Ucap Pak Abum heboh. Setelahnya ia menyalakan laptopnya yang disambungkan dengan LCD.

"Gue yakin pasti dia nyetel film cinta" bisik Erika pelan kepada Reina.

"Kalo sampe itu terjadi, gue mau bolos jam pelajaran ini aja!" Desis Reina jijik. Ia paling tidak menyukai film percintaan menye-menye yang terlalu mainstream baginya.

Sialnya, pak Abum benar-benar menyetel film percintaan.

"Sial. Gue keluar dulu deh, Ka" Ucap Reina singkat.

"Dasar, nekat!" Reina tidak menggubris perkataan Erika.

Reina segera bangkit dari duduknya, dan pamit kepada pak Abum, dengan alasan 'mau ke toilet'

"Ya silahkan" Balas pak Abum singkat, saat Reina pamit padanya.

Dengan sigap, Reina berlari keluar kelas.
"Ahhhh bebasss!!!" Soraknya girang.

Lalu ia kabur entah kemana.
'Perpus tujuan utama gue. Bisa tidur disana, mwehehe'

Dengan keberanian yang ia punya, ia berjalan melewati koridor-koridor menuju perpustakaan.

Hingga langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang sedang termangu di tempat duduk sepanjang koridor.
Jika dilihat dari model rambut dan postur tubuhnya, dia adalah seorang pria. Pria itu menunduk, sehingga wajahnya tidak terlihat.

Reina berjalan mendekat ke arah pria tersebut. Sekarang, ia berada tepat di depan si Pria.

Si Pria yang menyadari seseorang berada di depannya, langsung mendongak dengan spontan.

Saat pria itu mendongak, Reina bisa melihat dengan jelas wajah pria itu dengan air mata yang menetes dari kedua kelopak matanya. Mata hitam yang selalu menatapnya dengan tajam, kini menangis dengan lihainya.

Merasa terpergok menangis, pria itu buru-buru menundukkan wajahnya kembali.

"Angga lo nangis?" Tanya Reina panik. Ya, pria itu Angga. Pria dengan mata hitam yang tajam, kini menjadi sangat lunak.

Buru-buru Reina duduk di tempat kosong sebelah Angga.

"Lo pergi darisini!" Perintah Angga ketus. Kepalanya tetap menunduk, tidak ingin air mata sialan itu terekspos.

"Gak. Gue gak akan pergi, sebelum gue tau kenapa lo nangis." Balas Reina. Jiwa sok pahlawannya kini muncul.

Angga hanya diam tanpa melawan perkataan Reina lagi. Diam dalam arti benar-benar diam tak bersuara maupun bergerak.

"Lo bisa cerita ke gue, kalo lo mau," Ujar Reina perlahan dan takut. Matanya menatap ke arah sepatunya yang sedari tadi saling menginjak dengan gugup.

MINGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang