22. Kenyataan yang Terungkap

724 54 12
                                    


Erlang bergerak kecil dalam tidurnya. Perlahan, matanya terbuka. Melihat ke sekeliling kamarnya dengan lesu. Ia melihat adiknya yang tertidur tepat disampingnya. Pintu kamarnya juga terbuka-sengaja dilakukan.

Saat tangan kirinya ingin bergerak, ia tak bisa. Rasanya berat untuk digerakkan, sejengkal pun. Ia menoleh pelan. Matanya terbelalak saat melihat tangan kirinya ditindih sebuah kepala dengan rambut hitam yang menutupi wajah.

"Astaga!" Pekik Erlang saat mengetahui, ternyata Reina semalam tertidur di lantai.

Kepalanya menyender di tempat tidur Erlang, dan menindih tangannya. Kakinya bersila di lantai.

Rupanya, saat menunggu Erlang semalam agar tertidur, Reina tidak kuat menahan kantuknya. Dan pada akhirnya, ia tertidur di lantai itu, dengan kepala di tepi kasur.

Perlahan, Erlang mengangkat tangannya. Hati-hati. Setelahnya, ia memaksakan untuk duduk. Mengulurkan tangan ke arah kepala Reina, kemudian mengelusnya pelan. Mengelusnya sekali lagi. Sekali lagi. Hingga tanpa disadarinya, hal itu membuat Reina terbangun.

"Kamu udah bangun?" Buru-buru Reina bangkit dari duduknya, tetapi Erlang menahannya.

"Kenapa?" Reina mengernyitkan dahinya bingung. "Aku mau siap-siap. Mau sekolah." Ucap Reina lesu. Wajahnya masih terlihat lelah dan ngantuk.

"Mau sekolah? Gak bolos aja?" Erlang mengernyit. "Kamu keliatan kecapekan tuh," Ucapnya lagi dengan intens dan sedikit posesive.

Reina mendengus pelan, kemudian menatap Erlang, "jangan ngajarin yang gak baik deh." Cibirnya.

Setelahnya Reina bangkit dari tempatnya.

Tok...tok...tok...

Erlang dan Reina menoleh ke arah pintu yang terbuka, sedang diketuk oleh bi Leyla.

"Sarapannya udah siap. Non Reina juga, tadi supirnya nganterin seragam sama peralatan sekolahnya," bi Leyla memberikan sebuah tas ransel kepada Reina dan setelan seragam berwarna hitam.

Reina mengecek seragamnya satu persatu. Lengkap. Kemeja, rok, jas, ikat pinggang, dan kaus kaki.

"Aku mandi dulu ya," Ucap Reina sekilas, kemudian ia berlalu menuju kamar mandi luar.

"Bilang pak Leo suruh siapin mobil ya bi. Saya mau sekolah hari ini." Perintah Erlang kepada bi Leyla.

"Loh? Den Erlang mau sekolah? Bukannya masih sa..."

"Enggak kok bi. Saya udah sehat. Udah saya mandi dulu." Erlang berlalu meninggalkan bi Leyla, dan memasuki kamar mandinya.

***

Reina membelalakan kedua matanya kaget. Mulutnya sedikit menganga bingung, dan telunjuknya menunjuk heran.

'Apa-apaan dia?' Batin Reina.

Reina baru saja selesai bersiap. Tidak sarapan terlebih dahulu, karena takut telat.

Buru-buru ia bergegas untuk berangkat sekolah, bahkan tanpa berpamitan kepada siapapun di rumah itu.

Tapi justru yang didapatinya adalah...

"KAMU KAN MASIH SAKIT! NGAPAIN SEKOLAH?" Bentak Reina sangar saat menghampiri Erlang yang sedang duduk santai di dalam mobil putih berjenis sedan tersebut.

Erlang yang tadinya sedang menatap jalanan lenggang, kini beralih menatap Reina. Keningnya mengernyit dalam dan matanya menyipit.

MINGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang