18. Hurt...

744 44 1
                                    


'Erlang pacaran sama Reina? Mereka pacaran? Astaga... bahkan gue gak pernah ngira kalo mereka bakal pacaran. Gue selama ini setuju mereka deket, itu biar Reina happy. Gue kira Erlang gak punya perasaan apapun ke Reina. Gue berharap mereka cuma temenan. Tapi nyatanya gue salah!'

Erika mengusap air mata di pipinya. Hidungnya memerah karena menangis. Sakit. Perih. Itu yang ia rasakan. Ia melihat pantulan wajahnya di cermin kamar mandi. Kondisinya sangat buruk, seburuk perasaannya saat ini.

'Kenapa? Kenapa harus kayak gini?' Batin Erika terpukul.

Isakan tak bisa ditahannya lagi. Ia merasa benar-benar hancur.

"Gue cinta sama Erlang..." air mata itu menetes lagi dari mata coklat tua Erika.

***

"Gila! Parah bu Sandra. Jebol otak gue, susah gila ulangannya! Itu materi kan belum pernah dijelasin!!!" Maki Igo dengan berapi-api. Seisi kelas hanya tertawa melihatnya jingkrak-jingkrak sendiri.

"Itu karena lo gak pernah belajar, Go!" Cibir Erlang sambil terkekeh.

"Erika dimana? Gue gak liat dia daritadi. Igo tau gak dia dimana?" Tanya Reina kepada Igo, yang di jawab dengan gelengan kepala.

"Igo lagi pusing. Jangan ada yang ngajak ngomong dulu! Mau meditasi dulu gue!" Igo berjalan ke depan kelas, kemudian duduk bersila di lantai. Kedua tangannya menyatu dan matanya terpejam.

Sontak seisi kelas tertawa kembali melihat tingkah Igo. Kecuali satu orang, yaitu Ihsan. Ia masih bingung bagaimana caranya meminta maaf kepada Erlang. Ia melihat ke pintu masuk, menunggu Erika dengan cemas.

"Kampret gue kebelet pipis!" Ucap Alfa sambil memegangi perutnya.

Saat seisi kelas masih tertawa, tiba-tiba Erika berlari ke dalam kelas.

"ERIKAA!!!" Sorak Reina riang. Dengan spontan ia berlari ke arah Erika, lalu memeluknya.

"Lo kemana aja sih?! Tadi ulangan tau, lo gak boleh susulan kata bu Sandra!" Reina bercerocos, melaporkan perkataan bu Sandra tadi. Bahwa murid yang tidak masuk, tidak ada kata susulan.

"Kampret si Sandra! Ah bt gue. Bodo amat deh, kalo nilai gue jeblok, paling dia yang dimarahin kepsek!" Erika masih berusaha bersikap biasa saja dihadappan Reina. Ia sejenak melupakan masalah hatinya. Baginya, persahabatan saat ini jauh lebih penting.

"Ya udah, lo duduk dulu. Gue pingin cerita sesuatu!" Ucap Reina excited.

"Lo mau cerita kalo lo jadian sama Erlang, kan? Udah tau kok gue. Selamat ya!!! PJ nya gue tunggu!" Erika memeluk Reina dengan erat. Dari luar, ia terlihat senang. Tapi siapa sangka bahwa jauh di dalam hatinya, ia merasa sakit yang luar biasa.

"Erika! Woi, kemana aja lo? Gue nungguin lo daritadi!" Ihsan menghampiri Erika yang masih berdiri di depan pintu.

"Gue disini daritadi," Gurau Erika garing.

"Ah bercanda mulu lo! Sekarang bantuin gue. Bikin gue baikan sama Erlang. Jelasin semuanya! Gue mau tournament bentar lagi. Bisa pupus harapan gue jadi tim inti!" Cerocos Ihsan tanpa henti. Baru saja Erika ingin menjawab, tiba-tiba Erlang sudah berdiri di depan Ihsan.

"Ngapain lo disini?! Bukannya udah gue bilang, jangan deketin Reina!" Bentak Erlang garang.

"Lang, sorry Lang. Gue gak maksud yang tadi. Sumpah, itu cuma bagian dari rencana. Lo tanya aja deh sama Erika sama Reina juga!" Ihsan menunjuk Erika dan Reina dengan pasrah.

MINGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang