"Lang kita dimana?" Kini mereka telah sampai di tempat tujuan.Tempat yang lebih menyerupai bangunan kuno yang sudah tak terawat. Temboknya berwarna hitam lusuh. Burung gereja beterbangan kesana kemari dengan lincahnya ditambah dengan hembusan angin mendung yang sejuk.
Erlang berjalan memasuki bangunan tersebut. Reina yang sedari tadi hanya terdiam binhung, kini mulai mengikutinya.
"Lang... aku takut" ucap Reina lirih.
"Tenang, ada gue kok!" Erlang memasukkan jari-jarinya ke dalam jari-jari Reina dan menggenggamnya dengan erat.
Mereka berjalan menyusuri kayu-kayu dan ranting pohon yang tersebar dimana-mana.
Mereka kini sampai di puncak bangunan tersebut. Dari atas sana dapat terlihat jelas pemandangan yang terhampar dengan indahnya.
"Lang... ini keren banget!" Reina melihat pemandangan di depannya dengan tatapan takjub. Kedua tangannya direntangkannya, sehingga terasa sekali angin membelai tangannya dengan halus.
"Ini tempat apa sih, Lang?"
Tidak ada jawaban dari Erlang.
"Lang?" Lagi. Tidak ada jawaban. Reina buru-buru menolehkan kepalanya. Hasilnya...
"Lang lo dimana?" Panggil Reina saat tidak mendapati Erlang di sebelahnya.
"Lang gak lucu tau gak! LANG KELUAR! LANG GUE TAKUT! GAK LUCU AH!" Jeritan Reina menggema ke seluruh penjuru tempat tersebut.
Reina kini terduduk lemas dan pikirannya melayang ke arah yang tidak-tidak. 'Duh... Erlang mana, gimana kalo ada pembunuh berdarah dingin. Atau Sadako? Juon? Atau Edward Cullen? Gapapa sih kalo Edward. Eh kok kesana mlencengnya. Aduhhh... Tolong ya Allah?' Batin Reina."ERLANGGG KAMU BAKAL AKU CEBURIN KE JURANG KALO GAK MUNCUL!"
"ERLANG---!" Jeritan Reina terputus ketika seseorang melingkarkan tanganya di pinggangnya dari belakang. Di tangan itu terdapat sekuntum bunga tulip.
Reina segera menolehkan wajahnya. Betapa kagetnya dia saat melihat Erlang yang memeluknya dari belakang. Pandanganya bertemu dengan mata coklat tua milik Erlang.
"Buat lo!" Ucap Erlang seraya melepas pelukannya dan menyodorkan bunga tulip tersebut.
"GAK LUCU TAU GAK!" bentak Reina.
"Aku hampir terjun ke bawah karena ketakutan. Udah bikin orang ketakutan, eh malah peluk-peluk sembarangan!" Tambah Reina sambil memberengut."Maaf... tadi gue ngambil bunga ini buat lo!"
"Kan bisa bilang dulu. Gak harus bikin orang jantungan kan!" Reina menghentakan kakinya kesal.
"Iya iya... maaf deh. Baikan dong!" Erlang mengulurkan tangannya.
"Gak segampang itu ya!"
"Ya udah... Gue bakal turutin apapun yang lo mau deh!"
"Bener?" Seketika mata Reina berbinar.
"Iya... apapun itu!"
"Kalo aku mau kita pergi ke dufan gimana besok Sabtu?" Reina menatap Erlang agar Erlang setuju.
"Emm... Sabtu ya..?" Erlang tampak berpikir. Saat itu juga Reina menganggukan kepalanya meminta agar Erlang setuju.
"Yayaya?" Reina memasang wajah puppy eyes nya.
"Emm... apasih yang gak buat lo!" Ucap Erlang dengan senyum manisnya. Seketika Reina langsung melompat bahagia ke dalam pelukan Erlang.
"Wohooooo.... Erlang baik banget dehhh!!" Sorak Reina sambil tetap memeluk Erlang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINGGU
Teen FictionKetika tinggal aku sendiri yang mengharapkanmu. Di hari MINGGU kita. ●○● Hancur. Hanya itu mungkin saat ini yang bisa dideskripsikan dari seorang Aku. Mungkin aku adalah orang paling menderita di dunia ini. Yaa... menderita. Tapi semua berubah saat...